Mohon tunggu...
Henney Henney
Henney Henney Mohon Tunggu... -

My real name is Henny. I'm a ordinary woman living an extraordinary life. I love Daniel Henney.. So, Henney is my plesetan name *apa sih hahaha

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Suatu Hari di Panti Jompo

25 April 2012   04:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:08 2432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1335341615976244647

[caption id="attachment_184185" align="aligncenter" width="420" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption] Pada suatu hari, saya menerima BBM dari teman saya, ia mengajak saya untuk membantu kegiatan baksos di Panti Jompo. Karena saya tergerak ingin membantu, akhirnya saya menyetujui. Kegiatannya sendiri  dilakukan pada saat hari libur nasional, toh saya pikir juga tidak akan mengganggu aktifitas saya. Saat hari H kami mau berangkat, kami semua mempersiapkan barang2 yang akan dibawa dan disumbangkan untuk opa dan oma disana. Goody bag, tisu, obat-obatan, popok dewasa dan beberapa makanan kecil yang bisa dimakan oleh orang tua.  Sebagian sumbangannya adalah sumbangan dari donatur yang notabene adalah teman-teman kami sendiri. Perjalanannya tidak terlalu jauh, namun karena letak Panti Jompo ini berada dalam suatu gang yang kecil, alhasil agak sulit untuk mobil masuk ke jalan. Ketika kami sampai, dan akhirnya masuk. Saya melihat kondisi Panti Jompo ini baik, bersih dan terurus. Ada beberapa lantai yang isinya kamar untuk menampung penghuninya. Ada sekitar 100-an orang tua yang tinggal disini. Bahkan ada satu lift kecil yang bisa dipergunakan oleh oma dan opa untuk turun naik. Soalnya kalau sudah tua, naik turun tangga itu akan membuat kaki menjadi sakit. Entah kenapa, saat melihat oma dan opa yang ada disana, saya seketika merasa sedih karena teringat dengan oma saya yang hampir sama umurnya dengan mereka. Ketika kami memulai acara menyanyi dan berdoa bersama, beberapa diantara mereka bersemangat untuk menyumbangkan lagu-lagu yang mereka sukai. Karaoke ala kadarnya lah dengan fasilitas yang ada :) Waktu saya ngobrol dengan salah satu dari mereka, katanya sih, satu-satunya hiburan yang bisa mereka nikmati itu kalau ada yang berkunjung ke tempat mereka untuk kegiatan bakti sosial. Kalau tidak, ya tidak ada hiburan apa-apa untuk mereka. Sampai waktunya makan siang, kami membagikan nasi box yang kami bawa untuk mereka. Saat membagikan makanan, salah satu opa berkata "Sini, untuk oma yang ini biar saya aja yang ambil". Ternyata, mereka adalah suami istri yang tinggal di Panti Jompo tersebut. Dan yang membuat saya terharu adalah, ternyata oma tersebut sudah buta dan tidak dapat melihat lagi. Saya perhatikan, betapa baiknya opa menyuapi oma perlahan-lahan, menuntunnya jalan kemana pun oma pergi. Setia sekali, sampai mau nangis liatnya. Sempat kepikiran, bisa ga yah dapat pesangan hidup kaya gitu??? Tetap setia sampai tua. Lain hal nya dengan penghuni Panti Jompo yang lain, ada seorang nenek-nenek kurus yang terus memegang boneka di tangannya. Ia berbicara sendiri dan menganggap boneka tersebut adalah anak/adiknya. Nenek itu sudah tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain karena sudah pikun, ia hanya berbicara dengan bonekanya. Bahkan untuk makan pun, ia harus disuapi karena ia tidak mau melepaskan boneka tersebut. Penghuni lain disana juga banyak yang bertukar cerita dengan kami. Ada seorang nenek yang bercerita bahwa keluarganya menelantarkannya disini. Ia punya banyak anak, cucu dan cicit. Tapi tidak ada seorang pun yang mau menjenguknya di Panti. Hanya satu hari dalam setahun, ia dijemput lalu dikembalikan lagi. Sedih banget dengernya. Kadang terpikir, koq bisa-bisanya anak tega menelantarkan orang tua nya seperti itu. Apa ga inget yah waktu masih kecil siapa yang mengurus? Siapa yang bekerja untuk membeli susu, popok, makanan dan menyekolahkan? Lain hal nya dengan oma yang saya temui ketika akan pulang. Ia berkata bahwa ia tidak mempunyai keluarga karena tidak menikah. Adik-adiknya semua tinggal diluar negeri. Karena tidak ada saudara di Indonesia, maka ia memutuskan untuk masuk ke dalam Panti Jompo. Pengalaman satu hari disana membulatkan tekad saya, suatu hari, saya tidak akan pernah mengirimkan orang tua saya kesana. Biaya nya memang tidak mahal, saya dapat info kalau satu kamar berdua hanya 500rb/orang. Kalau satu kamar sendiri hanya satu juta/bulan. Tapi apa iya sih kita tega mengirimkan orang tua kita kesana??? Buat saya, ga apa-apa deh repot, yang penting orang tua saya tetap bahagia di masa tua nya karena bisa dekat dengan keluarga. Dan satu lagi, saya percaya bahwa orang tua yang diurus dengan baik oleh anak-anaknya dan bisa dekat dengan keluarga akan lebih bahagia dan lebih terjaga kesehatannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun