Mohon tunggu...
henky christianto
henky christianto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer & Videografer 360

Hobi memotret yang kadang2 suka menulis. tiap minggu nonton sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Virtual Reality Museum Tsunami Aceh

3 Februari 2016   14:08 Diperbarui: 5 Februari 2016   14:07 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virtual Reality Museum Tsunami Aceh.

Akhirnya saya ingin share sedikit tentang proses pemotretan Museum Tsunami yang baru2 ini kami lakukan di Banda aceh. Kami berangkat tanggal 9 desember 2015 atas undangan Pihak Museum Tsunami yang beberapa bulan sebelumnya sudah melakukan  komunikasi via Email. Hari itu Museum Tsunami Aceh tidak ada pengunjung karena bertepatan dengan dengan libur nasional untuk Pilkada serentak. Sesampai di area Museum Tsunami kami sempat berhenti di kedai kopi kecil di pinggir jalan. Rasanya tidak afdol jika sampai di Banda Aceh tanpa menyeruput kopi sanger. Baru setengah gelas saya menghabiskan kopi, mobile phone saya berbunyi. Rupanya pihak Museum sudah menunggu kami di dalam Lobby. Tanpa banyak membuang waktu kami langsung diberi brief singkat tentang apa2 saja yang perlu di foto untuk keperluan 360 photography

Setelah berputar-putar mengelilingi Museum, kami tertegun dengan konsep yang diusung oleh kang Ridwan Kamil. Jadi selain untuk edukasi warga, Museum Tsunami ini juga menjadi lokasi evakuasi bagi warga banda aceh Jika terjadi Tsunami kembali. Tentu saja saya tidak ingin hal itu terjadi kembali. Jika kita lihat dari luar maka bangunan ini  berbentuk seperti kapal penyelamat manusia. Wajar jika dinamakan Rumoh Aceh as Escape Hill.

Untuk mengerjakan project ini, Saya bersama Arza Nursatya mengunakan kamera Canon 5D Mark iii + lensa Canon 8-155 mm dan juga Go Pro Hero 4 hasil pinjaman seorang teman. Untuk Tripod saya menggunakan Manfrotto, Begitu juga dengan Panoheadnya saya mengunakan Manfrotto yang saya beli sejak 5 tahun yang lalu.

Kami masuk ke Lorong Tsunami. Lorong itu dibuat untuk mengenang kejadian pada tanggal 26 desember 2004 sekitar pukul 9 saat Tsunami menerjang Banda Aceh. Suasana gelap mencekam, Gemuruh Ombak, rintik2 air membasahi badan kami saat memasuki lorong itu. Benar2 menyerupai kejadian sebenarnya. Di depan lorong ditulis jika kita punya pengalaman akan musibah Tsunami maka sebaiknya tidak melewati lorong tersebut. Ini adalah Virtual Reality yang ingin kami sampaikan kepada kita semua.

Setelah melewati Lorong Tsunami kita menuju Ruang Kenangan yang berdinding kaca. Kaca adalah hal tersulit jika kita ingin membuat 360 Photography, karena kita bisa terlihat di dalam gambar. Saya berpindah beberapa kali agar saya dan kamera mendapatkan Free Spot agar saya dan Kamera saya tidak terekam dalam gambar. Setelah saya selesai di ruang memory, saya bergeser ke kanan sedikit untuk menuju Sumur doa. 

Banyak nama-nama di dinding yang berbentuk seperti sumur itu. Ada 8000an nama disusun sedemikian teratur untuk mengenang mereka yang mendahului kita 11 tahun silam. Mata saya berkeliling dari nama terbawah sampai ke ujung dari sumur itu. Tulisan Allah ada diatas sana, menandakan kita akan berpulang kepada sang pencipta. Suara zikir mengingatkan kita bahwa saatnya kita untuk bertobat. Dan ini adalah Virtual Reality Sumur Doa yang kami kerjakan sepulang dari Aceh. 

Setelah 5 menit saya berada dalam ruangan saya mulai keluar untuk ke ruangan berikutnya, Kami berjalan menelusuri ruang yang berputar-putar. Lantai dasar yang tidak rata membuat kita2 yang melewati di situ benar2 merasakan sedikit pusing, sekali lagi kang Ridwan Kamil benar2 mendatangkan pengalaman tgl 26 Desember 2004 ke dalam sebuah bangunan. Setelah kita terlepas dari lorong kegelapan, Saya menuju jembatan yang terang benderang.  Secercah harapan dalam hatiku, melihat jembatan yang begitu baik pertanda jalan menuju kehidupan yang baik, Itulah harapan warga banda aceh setelah musibah Tsunami. Space of Hope menjadi salah satu spot wajib bagi para pengunjung untuk berfoto di jembatan itu. 

Dan hari itu kami beruntung bertemu dengan Ibu Gaya Triana, salah satu korban yang selamat. Ingat kapal yang pindah keatas rumah? Ibu Triana bersama 30 orang naik ke kapal itu dari hantaman tsunami ke dua. Setelah berdiam diri selama 3 jam diatas kapal akhirnya ibu Triana turun mendapati korban2 berserakan di sekitar rumah. Kapal itu datang dari pinggir pantai memang dikirim untuk menyelamatkan manusia. Ibu Gaya salah satu manusia yang terselamatkan. Dan kini Ibu Gaya Triana bekerja untuk Museum Tsunami Aceh.

 

Bersama Ibu Gaya Triana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun