Mohon tunggu...
Heni Yulita
Heni Yulita Mohon Tunggu... Guru - Guru, Instruktur, Fasilitator, Peneliti, Mahasiswa Program Doktoral Manajemen Pendidikan UNIMED

Saya adalah guru pada jenjang sekolah menengah pertama. Saat ini tercatat sebagai Guru mata pelajaran IPA pada satuan pendidikan SMPN 1 Lhokseumawe. Selama lima belas tahun mengambdikan diri sebagai guru, saya terus berupa menjadi pembelajar yang ingin memberikan yang terbaik kepada siswa siswa saya. Saya berkonsetrasi pada pengembangan pembelajaran yang inovatif dan bermakna dengan memaksimalkan potensi di lingkungan sekitar siswa. Sejak tahun 2015 hingga saat ini terus berupa membagikan pengalaman dengan teman-teman guru dalam kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Guru, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah mapun diselnggarakan oleh satuan pendidikan. Dalam upaya terus meng-upgrade ilmu dan diri, saya mencoba untuk meningkatkan kompentensi saya dalam hal pengetahuan dan ketrampilan. Alhamdulillah tahun 2012 -2014 bisa menempuh pendidikan Magister Pendidikan Dasar di Universitas Negeri Malang melalui Beasiswa dari P2TK Dikdas Kemendikbud RI. Setelah sepuluh tahun menyelesaikan pendidikan S2 dan menerapkan segala pengetahuan dan ketrampilan yang saya peroleh, akhirnya saya kembali mencoba mengupgrade kompetensi saya di jenjang S3, Alhamdulillah saya terpilih sebagai Awardee Beasiswa Pendidikan Indonesia tahun 2022 dan saat ini menempuh pendidikan pada Program Doktoral Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Mendapat banyak kesempatan dalam membersamai teman-teman guru, memberikan banyak pengalaman baru bagi saya yang tuliskan kembali. saya aktif menulis di beberapa platform media sosial untuk berbagi praktik baik dalam mengajar dan pembuatan media pembelajaran sederhana. Berapa artikel juga sudah di muat dalam jurnal nasiona dan internasional. Saat ini saya berkonsentrasi pada pada penelitian dan penulisan pada bidang instructional leadership dan student agency

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Versus Virtual Assistant

11 Agustus 2023   00:37 Diperbarui: 11 Agustus 2023   00:57 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemanfaatan AI oleh Guru (dokumen pribadi penulis)

Menyambut era kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) adalah sama halnya dengan memasuki dunia dengan kemungkinan yang tanpa batas. Kecanggihan yang ditawarkan oleh kecerdasan buatan ini membawa kita kepada kemudahan luar biasa dalam menjalani kehidupan.

Di Balik berbagai kontroversi yang mengikutinya, AI menjadi hal yang tidak bisa terlepas di berbagai sektor kehidupan saat ini. Dunia pendidikan tidak terkecuali, digitalisasi dunia pendidikan yang terus bergerak maju setelah hentakan masa pandemi, menjadikan pendidikan tidak bisa terlepas dari pemanfaatan AI. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa AI memberi perubahan yang signifikan dalam peningkatan kualitas pembelajaran. AI memungkinkan siswa dan guru untuk memperoleh informasi tentang apapun hanya dengan mengetik pertanyaan pada chatbot, dan setelah itu biarkan virtual assistant anda yang bekerja.

Selain menjawab pertanyaan AI juga bisa diminta untuk menjadi apapun yang kita inginkan, kita hanya perlu memberikan kalimat perintah (prompt) yang tepat, maka AI pun bisa menjadi dokter, ilmuwan, analis, akuntan, animator, konten creator, bahkan guru yang profesional.

Jika seorang siswa atau mahasiswa sudah bisa mendapatkan apa saja yang dia butuhkan dalam memperoleh pengetahuan dengan bantuan virtual assistant bertenaga AI, maka dimana posisi guru saat ini. Apakah guru bahasa inggris akan mulai punah, disaat AI bisa membantu mengoreksi cara penulisan dan grammar dalam suatu tulisan hanya dengan sekali klik. Bagaimana nasib para dosen, saat mahasiswa bisa menciptakan essay atau karya ilmiah hanya dengan mengetik kata kunci?

Maka ucapkanlah selamat datang ke dunia dengan kemungkinan tanpa  batas, dimana segalanya kemungkinan bisa terjadi, terutama dengan bantuan kecerdasan buatan ini. Tidak ada sesuatu yang benar-benar nyata terjadi di era kecerdasan buatan ini. Berbagai propaganda di dunia maya, bisa jadi hanya editan dari kecerdasan buatan yang saat ini kita banggakan. Sehingga  akan ada nilai nilai moral yang tergerus dalam era digitalisasi ini, seperti kejujuran, sportivitas, kemampuan berpikir kreatif dan kritis para generasi muda saat ini.

Oleh karena itu perkembangan kemajuan teknologi juga harus dibarengi oleh perkembangan peradaban manusianya. Para generasi baru yang khususnya gen Z dan Alpha yang terlahir dan tumbuh di era digital ini harus benar-benar dimodali dengan budi pekerti yang baik.

Moral hazard dari penggunaan AI ini yang harus ditanamkan kepada generasi muda ini. Memahami penggunaan AI tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang AI, tetapi juga tentang bagaimana pemanfaatan AI dengan bijaksana dalam pembelajaran. Seorang guru juga harus terus mengembangkan kompetensi dan kreativitas dalam pembelajaran, sehingga posisi guru tidak bisa tergantikan dengan AI

Dengan segala kemampuan yang bisa diberikan oleh AI, namun AI bukanlah komponen utama dalam proses pelaksanaan pendidikan. Guru tetap harus memegang kendali dan sebagai pengambil keputusan yang tertinggi dalam menentukan pembelajaran seperti apa yang harus dijalani oleh siswa. Guru harus mampu memberikan rambu-rambu yang jelas dalam pemanfaatan AI dalam pembelajaran. Hal ini termasuk juga mengenai ketentuan plagiarism yang sangat rentan dalam pemanfaatan AI dalam pembelajaran.

Tujuan pembelajaran utama tetaplah menciptakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif bagi siswa, oleh karena itu AI hasilnya bisa dimanfaatkan sebagai perangkat pembantu dalam upaya pengembangan kemampuan berpikir siswa. Guru harus menciptakan tantangan pembelajaran yang kreatif sehingga siswa dapat memanfaatkan AI dalam penyelesaian tantangan tersebut. Berikut adalah beberapa tips bagaimana menggunakan AI dengan bijak dalam belajar: 1) AI masih merupakan teknologi yang berkembang, dan memiliki keterbatasan. 

Misalnya, virtual assistant  bertenaga AI tidak dapat menggantikan guru manusia, dan konten buatan AI mungkin tidak seakurat konten buatan manusia. 2) Gunakan AI sebagai alat, bukan pengganti interaksi manusia. AI dapat menjadi alat yang hebat untuk belajar, tetapi tidak boleh digunakan sebagai pengganti interaksi manusia. Siswa masih perlu berinteraksi dengan guru dan siswa lain agar dapat belajar secara efektif. 3) Bersikap kritis terhadap informasi yang Anda dapatkan dari AI. 

Konten yang dibuat oleh AI dapat menjadi bias atau tidak akurat. Penting untuk bersikap kritis terhadap informasi yang Anda peroleh dari AI, dan memverifikasinya dengan sumber lain. 4)        Gunakan AI untuk melengkapi pembelajaran , bukan untuk menggantikan peran guru dalam pembelajaran. AI bisa menjadi cara yang bagus untuk melengkapi pembelajaran, tetapi tidak boleh digunakan untuk menggantikan peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Guru harus terus melakukan proses pengembangan diri  dengan meningkatkan literasi dan peningkatan kompetensi profesional lainnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun