Mohon tunggu...
Heni Ayu Ningrum
Heni Ayu Ningrum Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga berputera satu,hobi menulis,karena laptop satu satunya puteraku,terpaksa daftar email,membuat blog lewat HP melalui aplikasi opera mini,bahkan waktu daftar kompasiana,kapan kapan saya tulis tutorial ngeblog pakai hp with opmin,oke silakan kunjungi www.heniro.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bangkitnya Pocong Cinta (Novelet Horor Poligami bag 1)

21 November 2011   15:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:23 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pengembangan dari kumpulan novelet berjudul,"Poligami Dari Bumi Melayu,bagian 1,"Kau Dahlia Kedua Di Hatiku,"
Mendung menggantung di langit,angin bertiup kencang,aku menghentikan mobilku di depan sekolah Siti Maesaroh putri kandungku dan Zahra Arifin,putri bawaan Siti Zulaekha isteri keduaku,aku memasuki halaman sekolah,berteriak memanggil nama keduanya.
,"sara..zahra!,"
aku semakin masuk ke dalam,melewati deretan kelas menuju gedung perpustakaan,satu satunya gedung di kompleks SMP ini yang masih asli belum mengalami renovasi sejak di bangun dan ada pohon sawo besar di sana,angin bertiup kencang,tiba tiba mataku menangkap sesosok bayangan putih yang melayang mendekatiku,mataku mendelik ketika menatap mata makhluk ini yang berwarna merah membara.
,"poocong..!,"teriakku balik badan,mengambil langkah seribu.
,"braak..!,"aku menabrak sesosok tubuh dan kami jatuh bersama.
,"mas nizar kok lari lari,mana anak anak?,"tanya Lia isteri keduaku.
,"ayo..,lari di belakangku ada pocong!,"teriakku panik.
,"pocong..di belakang mas nizar tidak ada apa apa hanya karung pupuk UREA yang di kaitkan pada dahan kelapa sawit,"ucap Lia santai,hingga perlahan tapi pasti aku memutar tubuhku searah Lia,ternyata benar apa yang di katakan Lia.
aku tersenyum malu,Lia membalas senyumanku.
,"mas nizar sebagai hukuman karena menakuti lia,harus mencangkul sawahku,"ucapnya genit,maklum isteri keduaku ini pasti sudah rindu tumbukanku,karena kami sudah tidak bertemu empat hari,aku ada di rumah Sofiyah isteri pertamaku.
,"malas ah..nyangkul sawah lia,padinya di makan wereng,tinggal rumput hitam sejumput lagi,"ucapku nyengir,membuat Lia menghujani cubitan di perutku,aku hanya bisa merintih geli.
tiba tiba angin berhembus kembali,tapi kali ini lebih kencang dari sebelumnya,Lia ketakutan,dia memelukku erat dan entah komando dari siapa,leher kami memandang gedung perpustakaan,di dinding ada tulisan warna merah dari darah,"AKU KEMBALI,"
aku dan Lia serentak lari dari tempat itu.
Hujan turun deras,aku mengebel pak Rebo yang tidur di teras rumahku,dia membukakan pintu,aku mengarahkan mobil ke garasi,aku turun.
sampai ruang tamu di sambut Sofiyah.
,"ma..anak anak ku jemput di sekolahnya,pelajaran ekstranya sudah selesai,"laporku pada Sofiyah.
,"sudah sejak tadi,mereka di kamar..lia kamu ikut ke sini?,"
,"iya mbak,nemeni mas nizar jemput anak anak,tapi kayaknya kami tidak bisa pulang nih,"
,"nginap saja ke kamar kamu,"ucap Sofi.
aku melangkah ke kamar untuk Lia jika dia menginap di sini.
makan sudah,nonton tv sudah,tepat pukul sepuluh malam,aku pura pura menguap lalu mengedipkan mata pada isteri keduaku,dia tersenyum malu.
,"ma..,sa..ra,papa tidur dulu,"ucapku di ikuti anggukan kepala Sofi dan bisik bisik kedua putriku.
,"papa pasti naik lagi,masang genteng..bukan masang yang lain,"kira kira seperti itu(he..he..he).
Aku mendekati Lia,melepaskan kaos sama celana hawaiku.
,"udara panas,"ucapku memandang cermin rias,memperlihatkan tubuh atletisku hanya bercelana dalam,Lia tersenyum manis saat aku mendekati.
,"Lia sayang..sini celana dalamnya di lepas,kasihan dianya tidak dapat angin,"ucapku memasukkan tanganku ke dalam rok panjang Lia.
,"mas..,"desah Lia dengan mulut menganga,aku gemas,ku lumat bibir merah merekahnya dan aku yakin di bawah sana pasti ada yang mereka,menanti bagian sensitif tubuhku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun