Mohon tunggu...
Heni
Heni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar mahasiswa

Kepribadian yg saya miliki yaitu saya ramah tpi sya tdk suka bergaul,hobi saya mendengarkan musik dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Prikososial Erik Erikson

18 Januari 2025   13:58 Diperbarui: 18 Januari 2025   13:58 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Psikososial Erik Erikson

Teori psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson adalah salah satu teori paling berpengaruh dalam psikologi perkembangan. Erikson, seorang psikoanalis Jerman-Amerika, memperkenalkan pandangannya pada pertengahan abad ke-20, menekankan bahwa perkembangan manusia terjadi dalam delapan tahap yang berbeda sepanjang kehidupan. Setiap tahap dilengkapi dengan konflik psikososial yang harus dihadapi individu, di mana penyelesaian yang berhasil dari konflik tersebut berkontribusi pada perkembangan kepribadian dan kesejahteraan mental.

Delapan Tahap Perkembangan

 1. Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun)
Tahap pertama ini terjadi pada masa bayi. Pada usia ini, bayi sangat bergantung pada pengasuhnya. Jika kebutuhan dasar seperti makanan, kenyamanan, dan kasih sayang terpenuhi, bayi akan mengembangkan rasa kepercayaan. Sebaliknya, jika pengasuh gagal memenuhi kebutuhan ini, bayi dapat mengembangkan ketidakpercayaan. Kepercayaan yang terbentuk di tahap ini menjadi fondasi untuk hubungan sosial di masa depan.

 2. Otonomi vs. Ragu (1-3 tahun)
Di tahap ini, anak-anak mulai merasakan kebutuhan untuk mandiri. Mereka belajar untuk melakukan hal-hal sederhana seperti menggunakan toilet dan berpakaian sendiri. Dukungan dari orang tua dan pengasuh sangat penting; jika anak-anak didorong untuk mandiri, mereka akan mengembangkan rasa otonomi. Namun, jika mereka terus-menerus dikontrol atau dikritik, mereka mungkin merasa ragu dan tidak percaya diri.

 3. Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Anak-anak memasuki tahap di mana mereka mulai menunjukkan inisiatif dalam kegiatan sehari-hari. Mereka ingin mengeksplorasi dan berpartisipasi dalam permainan. Jika mereka didorong untuk berinisiatif dan berkreasi, mereka akan merasa berharga. Namun, jika usaha mereka ditolak atau dianggap salah, mereka dapat mengembangkan rasa bersalah, yang dapat menghambat kreativitas mereka di masa depan.

 4. Industri vs. Inferioritas (6-12 tahun)
Pada usia ini, anak-anak mulai bersekolah dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Mereka belajar tentang kerja keras dan prestasi. Jika anak-anak merasa berhasil dalam pekerjaan mereka, mereka akan mengembangkan rasa industri dan percaya diri. Sebaliknya, jika mereka merasa kurang mampu dibandingkan teman-teman mereka, rasa inferioritas dapat muncul, mempengaruhi motivasi dan kepercayaan diri mereka di masa depan.

 5. Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun)
Tahap ini terjadi selama masa remaja, ketika individu mulai mencari identitas diri. Mereka mencoba berbagai peran sosial dan nilai-nilai. Jika mereka berhasil menemukan identitas yang kuat, mereka akan merasa percaya diri. Namun, jika mereka mengalami kebingungan tentang siapa mereka dan peran mereka dalam masyarakat, mereka dapat merasa kehilangan arah, yang dapat berlanjut hingga dewasa.

 6. Intimasi vs. Isolasi (18-40 tahun)
Di tahap dewasa muda, individu berusaha menjalin hubungan intim dengan orang lain. Keberhasilan dalam membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung akan menghasilkan rasa intimasi. Namun, jika individu merasa kesulitan untuk menjalin hubungan atau mengalami pengkhianatan, mereka dapat mengalami isolasi, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.

 7. Generativitas vs. Stagnasi (40-65 tahun)
Pada tahap ini, individu berfokus pada memberikan kontribusi kepada masyarakat dan generasi berikutnya. Mereka mungkin terlibat dalam pekerjaan, pengasuhan anak, atau kegiatan sosial. Jika mereka merasa bahwa mereka berkontribusi dengan baik, mereka akan mengembangkan rasa generativitas. Sebaliknya, perasaan stagnasi muncul jika mereka merasa tidak berdaya atau tidak berkontribusi.

 8. Integritas vs. Putus Asa (65 tahun ke atas)
Tahap terakhir ini terjadi pada masa lanjut usia. Individu merenungkan hidup mereka dan pencapaian yang telah mereka raih. Jika mereka merasa puas dan bangga dengan kehidupan mereka, mereka akan mengembangkan integritas. Namun, jika mereka merasa banyak penyesalan, mereka dapat mengalami putus asa, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun