Karin masih mencari-cari alamat email yang mungkin bisa dijadikan sebagai media untuk mengirimkan pesan. Akses chatting di semua sosmed telah tertutup. Hatinya berdegup kencang menahan rasa amarah & kecewa yang menggeliat menyesak di antara ruang hatinya.Â
Apa kesalahan yang dia perbuat? Rasanya tidak percaya jika orang berkelas & berpendidikan seperti Anthony sanggup melakukan itu kepadanya. Seseorang yang selalu mengatasnamakan Tuhan dalam kehidupannya pasti akan berpikir ribuan kali jika melakukan tindakan yang mungkin tolol & tidak masuk akal ini.
"Anda siapa & ada hubungan apa dengan Anthony ?" seorang perempuan di seberang sana telah membalas WhatsApp Karin dengan penuh percaya dirinya hingga membuat kaki & seluruh tubuhnya terasa lumpuh tidak berdaya. Ini sungguh aneh & tidak biasanya.Â
Pantas saja beberapa waktu ini Anthony terkesan selalu menghindar. Terkadang WhatsApp Karin diblokir terkadang dibuka semaunya oleh Anthony dengan alasan hpnya bermasalah. Untuk ke sekian kali. Bahkan kalaupun status tidak terblokir maka tidak ada tampilan foto profil.Â
Butiran air bening meleleh di kedua sudut matanya yang sedikit sipit. Tampak pipi Karin memerah menahan kekecewaan yang tiada seorang pun bisa merasakan beban mendalam itu.
"Anda siapa dan tidak ada hubungan apapun di antara kita," di saat lain Karin menemukan balasan dari WhatsApp Anthony yang sekarang telah berubah menjadi sosok asing di matanya.Â
Dunia seperti mulai runtuh semenjak itu. Angin sepoi yang biasanya meniup pepohonan beserta dedaunan telah berubah menjadi petaka. Siap menumbangkan pohon satu persatu. Sebagaimana kepercayaan yang telah diberikan Karin kepada Anthony. Gugur satu persatu.
Bangkit...jangan pernah menyerah Karin. Bisikan lembut itu serasa memberikan kekuatan bagi dirinya untuk berubah. "Tidak ada satu orang pun yang berhak melukai hatimu," bisik suara itu pelan hingga tak satu pun makhluk di bumi ini yang bisa mendengarkan.Â
Perempuan terkadang harus menjadi lemah. Apalagi jika sudah dibutakan oleh rasa cinta. Keadaaan inilah yang telah dialami oleh Karin. Matanya yang sembab seolah mengguratkan garis kepedihan.Â
"Kenapa orang yang tulus sering mengalami kekecewaan? Andaipun harus berpisah, kenapa harus dihiasi dengan ketidakjujuran?" Berbagai pertanyaan tanpa jawab memenuhi pikirannya.