Coding To Learn: Coding sebagai Alat Belajar Anak-Anak

Coding to learn. Computational thinking. Future Skill. Ketiga poin ini  penting untuk diketahui orang tua zaman now, apalagi guru. 

Coding to learn, coding sebagai alat untuk belajar atau bisa disebut media ajar, sepertinya belum terlalu dikenal dan didengar di Indonesia ya? 

Bagaimana tidak, istilah Coding saja masih belum banyak yang tahu. Bahkan sudah hampir 5 tahun  saya menceburkan diri di dunia edukasi coding untuk anak-anak, masih harus mengutarakan hal yang sama berulang-ulang. Yaitu menjawab  pertanyaan,

• Apa itu coding?
• Emang anak-anak bisa belajar coding?
• Mengajari anak coding, bukannya malah merusak anak? membuat mereka kecanduan gadget?

Dan masih  banyak lagi kalimat tanya yang muncul. Dan bagi saya pribadi, ini wajar.

Kenapa? karena waktu anak saya kecil dulu pun mempertanyakan hal yang sama. Merasakan kecemasan yang sama, bahwa gadget itu merusak anak. Juga segala sesuatu di dalamnya, seperti game. 

Namun, untungnya, keresahan ini tidak dipendam dan dianggap hilang. Melainkan bersanding dengan suara hati, "Jangan-jangan ini adalah bakat anak saya ya."

Begitulah, perjalanan panjang saya mencari jawaban dan bimbingan, agar anak saya ini diarahkan ke mana sebaiknya, malah menggiring saya masuk ke dunia coding, programming dan terus berjalan perlahan di ranah edukasi coding untuk anak-anak. 

Dalam perjalanan itu saya mendapatkan satu kalimat menarik, dari Mitchel Resnick, pemimpin developer platform belajar coding Scratch untuk anak-anak. Kalimat itu adalah CODING TO LEARN. 

Kita  bisa  menyimak dua video ini tentang beliau dan Scratch. 

Saya pertama kali belajar coding, di tahun 2016, mengenal kata coding dari program belajar membuat website statis menggunakan HTML dan CSS. Kemudian saya aktif ikut lagi segala pelatihan belajar coding, dan notabene mengenal beberapa bahasa  pemrograman seperti Java untuk membuat android apps, dan swift untuk membuat ios apps. Lainnya mengenal javascript dan python.