"Bung Karno tertarik karena rancangan masjid, terutama bagian atapnya yang seperti kubahnya berbeda dengan masjid-masjid umumnya," tutur Iyan.
Kalau bagi saya, masjid Salman menyimpan berjuta kenangan. Secara saya kuliah di kampus ITB selama 4 tahun pas. Masjid Salman tepat di depan kampus. Tinggal nyeberang sedikit.
Di hari pertama tiba di Bandung, saya, ibu, pakde, dan bapak sempat makan siang di kantin Salman. Rupanya alm. Pakde sudah terbiasa makan di sini jika ke Bandung.Â
Di sebelah masjid Salman ada Taman Ganesha. Yaitu taman bunga umum yang biasa jadi lokasi rileks dan berkumpul mahasiswa atau pengunjung masjid.Â
Selama kuliah, saya sempat ikut jadi aktivis masjid Salman. Bukan aktivis yang gimana-gimana, tapi jadi pembina anak remaja di organisasi yang disebut KARISMA Salman.Â
Di KARISMA saya ketemu mahasiswa dari kampus lain. Ada yang dari UNISBA, Â UNPAD dan IAIN Bandung. Kami sempat membuat kegiatan pesantren liburan di Garut. Menginap di sana selama beberapa hari.
Masjid Salman ini seperti paket lengkap. Tidak hanya masjid untuk orang sholat, mengaji, ikut pengajian. Tapi ada beberapa ruang untuk kegiatan bahkan ada aula untuk seminar. Saya ingat pernah ikut seminar kepenulisan dan bertemu dengan dua penulis perempuan hebat kakak beradik yaitu Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia.
Di beberapa ruang itu terbagi beberapa ruang sekretariat organisasi atau program yang ada. Saya lupa namanya, untuk remaja disebut KARISMA. Untuk anak disebut PAS atau Pembinaan Anak Salman. Ada lagi beberapa program lain yang notabene lebih serius topiknya.Â
Kegiatan kami pada intinya hanya untuk weekend atau Sabtu Minggu. Tapi kadang kumpul juga di hari kerja. Entah untuk rapat dll.
Masjid Salman berlantai kayu tebal. Ketika Bandung sedang dingin banget, lantai kayu ini rasanya hangat. Kebayang kan ketika udah menggigil kena air wudhu trus masuk ke masjid dan rasanya hangat?