Lalu apa yang harus dilakukan? Memang jika dilihat dampak dari emisi karbon selain dapat meningkatkan suhu bumi juga dapat menimbulkan bencana iklim serta kerugian ekonomi. Yang akan menjadi tantangan bagi umat manusia mengenai efek yang timbul dari emisi karbon seperti misalnya di daerah perkotaan dunia saat ini, yang diprediksi bakal menjadi hunian bagi sekitar 66% pada tahun 2050, bahkan menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa diperkirakan jumlah penduduk di kota akan mencapai 2,5 miliar, dengan hampir 90% di antaranya terjadi di Asia dan Afrika. Â Dengan begitu maka padatnya jumlah penduduk kota secara tidak langsung akan tercipta kondisi konsumsi rumah tangga yang berlebih, investasi, juga masalah transportasi, sanitasi, saluran air, dan pengelolaan sampah, jika dibiarkan akan bisa berdampak baik dan juga buruk, maka tantangannya ke depan adalah harus diimbangi dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai, bagaimana meminimalisir polusi udara, menciptakan air bersih, dan transportasi hijau yang itu semua harus diwujudkan dengan langkah strategis, guna mendukung langkah terciptanya investasi hijau, dan tak hanya itu saja, tujuan yang tak lain adalah sebagai langkah dekarbonisasi untuk mendorong pertumbuhan yang inklusif dan ekonomi berkelanjutan.
Selain itu jika kita lihat porsi terbesar (90%) dari produksi emisi Indonesia bersumber dari emisi energi dan pemakaian lahan, sehingga sektor ini juga menjadi prioritas upaya pencapaian nol emisi saat ini. Â Dengan meningkatkan efisiensi energi dari 1% menjadi 6,5% pada tahun 2030 juga dengan penambahan restorasi lahan gambut 300.000 hektar per tahun serta menambah reforestasi 250.000 hektar per tahun.
 Indonesia harus mampu mencapai net zero emission pada tahun 2060 mendatang. Hal ini juga sangat berguna untuk melindungi seluruh bentang hutan alam dan ekosistem gambut yang tersisa, mengakui hak-hak masyarakat adat dan lokal, dan mengurangi degradasi.
Maka eksistensi investasi hijau dalam lingkup nasional tidak dapat dipungkiri turut membawa pembaruan secara luas bagi pembangunan nasional. Terhadap pembangunan ekonomi, investasi hijau dapat menjadi sarana dalam mempromosikan ekonomi hijau yang berkorelasi terhadap pembangunan berkelanjutan. Disamping itu, dikaitkan dengan unsur lingkungan maka kehadiran investasi hijau secara riil turut memberikan akses perlindungan dan pengelolaan lingkungan melalui program pendanaan yang secara khusus diperuntukkan untuk menurunkan emisi karbon, efisiensi energi, serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Namun tentu saja segala upaya pasti mengandung resiko, apalagi jika terjadi kemunduran pencapaian terget. Jika transformasi energi gagal dan tidak bisa mencapai puncak emisi pada tahun yang sudah ditetapkan maka pergeseran nol emisi akan melenceng jauh. Semisal jika pencapaian nol emisi memungkinkan tercapai pada tahun 2045-2050 maka nol emisi baru akan tercapai pada tahun 2070. Sudah barang tentu pencapaian misi tentang investasi hijau juga akan terhambat.
#Presidensi G20
#Bank Indonesia
Presidensi G20
Bank Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H