Serentak semua penghuni kelas itu merebahkan kepalanya, menajamkan mata,
mengintip tulisan yang ada di dalam kertas itu, tapi yang paling jelas dilihat adalah simbol hati. Semua murid tertawa, meneriaki, memberi ejekan. Ucok berdiri lemas satu jam penuh di depan kelas. Itulah hukumannya.
***
Istirahat jam pertama, memasuki jam kedua, semua murid sudah tahu, ada pelajaran Matematika. Ucoklah jagoannya sekarang, pengajarnya kali ini berbeda, lelaki paruh baya yang punya tinggi badan hampir menyentuh langit pintu, 187 cm. Semua murid menghargai Bapak yang satu ini, namanya Pak Min, jebolan UGM, Cumlaude, semua orang menjulukinya Bapak Kalkulator, bisa dibayangkan hitungannya sangat cepat dan akurat, seperti kereta express. Dan ketika memberi nilai maka hanya satu orang yang selalu dapat nilai sepuluh, Ucok. Si anak kesayangan Pak Min. Tak ada yang bakal jadi pesaingnya kali ini.
Pak Min berjalan ke kelas, jalannya lambat sekali seperti siput. Sementara dua orang
berisik sedang mengatur strategi di dalam kelas merencanakan sesuatu, angin berbisik menghembuskan adanya aroma balas dendam, entah pada siapa.
"Ini tikus putih, kasih mana?"
"Lacinya aja."
Semua murid bergegas masuk ke kelas, dan seperti biasanya, jalannya melenggak-lenggok bak artis ibukota, mukanya menebar pesona, harumnya semerbak, kulitnya putih minta ampun, Vera duduk di kursinya lalu merogoh tas di dalam laci, dan sontak Vera balik lagi berdiri, kalangkabut, seperti kerasukan setan, tapi bukan, ternyata tikus putih kecilsedang merambati tangan Vera.
Vera belingsatan mengusir tikus putih itu. Ruangan kelas jadi riuh, semua tertawa tapi
hanya satu orang yang tampak menyembunyikan muka, sesekali mengintip, matanya mencuri-curi. Sudah jelas, tanpa ampun, dengan muka garang Vera mendatangi orang itu.
 "Ucoook, ini ulahmu?" kata Vera dengan keras, kelihatan sangat marah.
Yang ditunjuk diam saja, Vera terus mengejar siapa dalangnya, matanya beralih
menatap Ivan yang duduk di samping Ucok.Â
"Ivan, kamu yang taruh tikus itu?"
Ivan geleng kepala. Diam.Â
"Katakan Van siapa yang taruh tikus itu di dalam laciku?" Vera marah besar, dia terus
menginterograsi Ivan, dipaksa berkata jujur.Â