Saat itu sekitar pertengahan Agustus 1993, Aku registrasi mahasiswa baru di BNI kampus UNILA. Aah masih ada tiga orang lagi yang antri, kubuka tabloid Teknorat. Koran terbitan kampus mingguan. Daripada bengong sia-sia pikirku saat itu.Â
Saat tiba giliranku, baru saja kulipat tabloid."Maaf Dik, Â boleh kakak duluan?, please!", Â Ujarnya sambil menangkupkan kedua tanggannnya. "Baik, silahkan! ", jawabku tanpa pikir panjang. "Terimakasih ". Secepat kilat dia membalikkan badan, Â menuju Kassa.Â
Awal Nopember 1993, OsPek Universitas sudah selesai, MOS  Fakultas FE selesai. Aku bisa dandan manis hari. Akh... Manis juga ya aku, dengan sedikit lipstik tipis,  yang tak bisa kupakai saat SMA. Bisa pakai tunig kesayanganku, warna biru motif bunga kecil, kupadukan  celana kream. Semangat hari ini sebelum ada mata kuliah pertama, masih ada pertemuan Senat Fakultas. Aku cukup heran mengapa aku yang dipilih mewakili Jurusanku, menghadiri Rapat Senat Universitas di gedung Rektorat, siang nanti.Â
Sampai ruang Senat Universitas sudah cukup ramai, setelah memberi salam aku menuju kursi sudut kiri depan yang masih kosong. "Adik yang baru hadir silahkan maju ke depan! ". Â Depp... Aku terperanjat. " Saya...kak? ", tanyaku sambil toleh kanan dan ke belakang. "Ya.. Â Anda! ".
"Adik.... dari FE kan, jurusan Ekonomi Koperasi, ini menarik mengapa tidak mengambil Manajemen? ". "Saya punya cita-cita memajukan KUD di desa saya Kak, agar warga desa tempat saya tinggal tidak terjebak oleh para pengijon". Jawabku agak gemetar, karena terkejut campur grogi. "Idealis sekali". Komentarnya singkat.
"Sekarang tulis bio data saya, adik moderator saya rapat hari ini". " Maaf kak ngak yang lain saja", pintaku. Â "Aku mau kamu, ayolah belajar, jangan bikin malu Almamatermu! ". Â Setelah ku catat semua frofil, prestasi, jabatan, aktivitas dan jabatan-jabatannya di komunitasnyanya, rapat dimulai, alhamdulillah berjalan lancar. "Ini Kak catatan profil kakak", sambil mengulurkan 2 lembar kertas.Â
" Mohon  disimpan dibaca, dipelajari dengan teliti dan  dipertimbangankan, Aku akan sabar menunggu jawaban". Alah.... Mak!.... Ini  Gila !, andai kudengar sebelum rapat Senat kacau ni aku. Tak da yang bisa kulakukan selain bangkit dari kursiku, mundur dua langkah, balik badan meningalkan ruangan, dengan sejuta perasaan malu. Dia kakak yang di BNI itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H