Perbedaan pendapat bisa memicu perdebatan sengit jika tidak diatasi dengan bijaksana. Dalam Yakobus 1:19, kita diajarkan untuk "cepat mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." Kasih mendorong kita untuk mengendalikan lidah dan berhati-hati dalam berbicara. Kata-kata yang kasar atau menyakitkan bisa merusak hubungan, sementara perkataan yang lemah lembut dan bijaksana bisa menciptakan suasana damai dan saling pengertian.
7. Kasih Menunjukkan Kemurahan Hati dan Pengampunan
Ketika perbedaan pendapat terjadi, sering kali muncul rasa tersinggung atau kecewa. Namun, dalam Kolose 3:13-14, kita diajarkan untuk saling mengampuni:
"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain. Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan."
Kasih yang tulus selalu siap mengampuni dan tidak menyimpan dendam, sehingga hubungan yang mungkin retak akibat perbedaan pendapat dapat dipulihkan dengan kasih Kristus.
Dalam Agama Kristen, kasih merupakan elemen penting yang harus hadir dalam setiap interaksi, termasuk saat menghadapi perbedaan pendapat. Kasih mengajarkan kita untuk saling menghormati, bersikap rendah hati, dan mengutamakan persatuan. Dengan menjadikan kasih sebagai dasar dalam setiap diskusi atau perbedaan, kita dapat menciptakan suasana yang damai, saling membangun, dan memperlihatkan teladan Kristus kepada dunia. Dalam kasih, perbedaan pendapat bukanlah alasan untuk terpecah, melainkan kesempatan untuk menunjukkan kemurahan hati dan pengampunan, sebagaimana kita telah menerimanya dari Kristus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H