Mohon tunggu...
Henik Handayani
Henik Handayani Mohon Tunggu... Guru - Guru

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kasih Dalam Perbedaan Pendapat

18 Oktober 2024   17:20 Diperbarui: 18 Oktober 2024   17:49 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perbedaan pendapat bisa memicu perdebatan sengit jika tidak diatasi dengan bijaksana. Dalam Yakobus 1:19, kita diajarkan untuk "cepat mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." Kasih mendorong kita untuk mengendalikan lidah dan berhati-hati dalam berbicara. Kata-kata yang kasar atau menyakitkan bisa merusak hubungan, sementara perkataan yang lemah lembut dan bijaksana bisa menciptakan suasana damai dan saling pengertian.

7. Kasih Menunjukkan Kemurahan Hati dan Pengampunan

Ketika perbedaan pendapat terjadi, sering kali muncul rasa tersinggung atau kecewa. Namun, dalam Kolose 3:13-14, kita diajarkan untuk saling mengampuni:

"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain. Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan."

Kasih yang tulus selalu siap mengampuni dan tidak menyimpan dendam, sehingga hubungan yang mungkin retak akibat perbedaan pendapat dapat dipulihkan dengan kasih Kristus.

Dalam Agama Kristen, kasih merupakan elemen penting yang harus hadir dalam setiap interaksi, termasuk saat menghadapi perbedaan pendapat. Kasih mengajarkan kita untuk saling menghormati, bersikap rendah hati, dan mengutamakan persatuan. Dengan menjadikan kasih sebagai dasar dalam setiap diskusi atau perbedaan, kita dapat menciptakan suasana yang damai, saling membangun, dan memperlihatkan teladan Kristus kepada dunia. Dalam kasih, perbedaan pendapat bukanlah alasan untuk terpecah, melainkan kesempatan untuk menunjukkan kemurahan hati dan pengampunan, sebagaimana kita telah menerimanya dari Kristus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun