Mohon tunggu...
Heni Purwaningsih
Heni Purwaningsih Mohon Tunggu... -

saat senja ku berdiri \r\nberhadap ombak dipesisir pantai \r\nsaat damai ku lalui \r\nSyukur dapat ku melihat hari ini\r\nesok dan sampai akhir ku MATI tak sanggup berkarya lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(KCV) Cinta Itu Ketulusan di Hati

14 Februari 2012   04:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:41 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13291950101565862616

(KCV) Cinta Itu Tulus Di Hati

By : D’ Chand Ra + Heni Ingin Dimengerti (84)

========OO00OO=========

[caption id="attachment_162646" align="alignleft" width="300" caption="image google"][/caption]

Suara katak mulai ramai menggelar orkes gratis. Udara lembab dan bau tanah basah terhirup begitu terasa pekat di hidung Leksa yang tengah flu tingkat tinggi. Ia memang seorang yang tak tahan banting. Kondisi tubuhnya lemas. Terkena udara dan cuaca ekstrim sedikitpun dia sudah mulai menunjukkan gejala-gejala akan meriang.

Leksa duduk memandangi kaca jendela yang kian hari kian membisu. Membuat tubuhnya lemas tak memiliki daya. Pandangannya selalu kosong. Trauma dimasa lalu membuatnya lemah.

****

Pelangi itu tak selalu hadir kala setelah hujan. Kalau saja selalu hadir menyapa kesendiriannya mungkin Leksa dapat tersenyum lega. Kesetiaannya kepada Toro mematikan rasanya untuk orang lain. Bahkan hingga kepergian Toro yang mendadak dan tanpa kabar tersirat maupun tersurat. Leksa bagaikan bunga yang tak lagi mendapatkan air, cahaya dan udara. Semakin layu, lemah dan tinggal menunggu kematian menimpanya.

Hal yang dilakukan memang salah, ia lupa ia masih memiliki hari-hari yang harus ia lalui. Waktu yang sangat berharga, dua puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, empat minggu dalam sebulan, dan dua belas bulan dalam setahun. Ia hanya menyiksa dirinya sendiri akan perasaannya.

Leksa menatap wajahnya yang kian layu. Ibunya sudah angkat tangan untuk memberikan pencerahan kepada Leksa. Baik secara agama maupun psikolog. Leksa terus tatap kedua bola matanya.

Dulu ia memang buta tak dapat melihat. Kasih sayang Toro lah yang menghidupkannya. Kasih sayang Toro lah yang membuat hatinya terbuka. Toro sering membuatnya lebih baik. Mendengarkan saat Toro ngaji, Leksa hanya diam menghayati isi ayat-ayat Allah. Sholat berjamaah. Toro selalu ada untuknya disetiap waktu. Disetiap hembusan napasnya. Bahkan Toro sudah melamarnya. Namun Toro menghilang pasca oprasi mata Leksa.

Terakhir Leksa mendengarkan suara Toro membaca surat Al-Makiyah. Leksa ingat benar, seusai sholat magrib di rumahnya seperti biasa. Toro begitu hikmat membacakan surat itu. Membuat merinding kuduk Leksa. Jantungnya terasa berdenyup kencang dua kali lebih cepat dari frekuensi biasanya. Desah napas Toro terdengar begitu dalam di telinga Leksa. Hingga tak sadari Lesa menitihkan air mata kala itu.

“Leksa.” Kata Toro setelah menyudahi bacaan Al-Qurannya.

Leksa tersentak. Ia memang buta namun ia bisa merasakan hadirnya Toro di hatinya. Leksa selalu membayangkan wajah Toro yang bersinar, karena terus tersentuh air wudhu. Peringainya yang tampan, penuh kasih sayang lembut. Matanya bundar bersinar menatap wajahnya. Leksa selalu bermimpi menggambarkan wajah tampan Toro. Bahkan imajinasinya selalu terbawa hingga ke alam mimpi. Bertemu dengan Toro, di dekap dalam kehalalan. Setelah ikrar suci terjalin di atas kalimat syahadat dan doa pernikahan.

“Leksa.” Panggil Toro sekali lagi.

“Iya mas.” Kata Leksa menghapuskan semua fantasinya.

“Ada kabar baik untuk kamu.”

“Apa itu.”

“Kemarin mas dapat kabar dari rumah sakit. Katanya ada yang akan mendonorkan mata untuk kamu.” Kata Toro dengan semangat dan nada begitu lembut.

Senyum melebar di bibir Leksa.”Benar kah? Leksa akan begitu berterimakasih dengan orang itu mas. Pengin cepet-cepet bisa melihat mas dalam cahaya.”

Toro terdiam sejenak.” Insya Allah sayang.”

***

Leksa menitihkan air matanya. Bahkan sesaat ia membuka matanya pun tak ia dapati Toro disana. Ia berharap dalam mimpi setelah ia dapat melihat Toro akan datang memenuhi janjinya untuk meminangnya. Tapi tak tersirat kabar setitikpun. Bahkan orang-orang disekitarnya angkat tangan. Seraya menyembunyikan sesuatu kepada Leksa.

Ya Robb. Ijinkalah Leksa melihat perangai Mas Toro. Hamba harap mas Toro lah kekasih yang Engkau kirimkan untuk hamba.

Pinta Leksa memegangi jeruji pembatas jendela kamar dengan kaca pembungkus. Air matanya menetes tak dapat tertahan lagi.

Tiba-tiba dalam hitungan detik angin besar menerpa tubuhnya dan membuka setitik jendela kamarnya. Leksa tersentak kaget. Matanya terbelalak tak berkedip. Bahkan dirasanya napaspun tak dapat diraihnya. Walau angin datang begitu besar, tak dapat ditangkap oleh hidungnya.

Selang beberapa menit, angin itu hilang.

***

Pagi itu Leksa duduk di depan taman yang dulu di laluinya bersama Toro dalam kegelapan. Leksa pandangi kesekeliling. Benar apa kata Toro taman itu begitu indah. Ada banyak pohon besar dan bunga-bunga. Leksa tersenyum.

“Mba Leksa.” Sapa anak kecil dengan senyum sangat manis.

Leksa tersentak kaget. Ia menatap tanpa kata.

“Ini.” Kata Anak kecil itu menyerahkan amplop berwarna putih dengan setangkai bunga mawar berpitah dan terbungkus rapi oleh balutan plastik berwarna bening.

“Dari siapa?” Tanya Leksa, namun keburu gadis kecil itu menghilang dalam kerumunan orang disekitarnya.

Leksa kembali terdiam. Di tatapnya amplop itu. Ia buka pelan-pelan. Di ciumnya harum wangi yang begitu khas, bau aroma mawar.

To : Leksa

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Wahai sang pemilik senyum terindah di dunia. Kau bagaikan pencerah setelah gelap menyelimuti hati. Kau adalah kain, yang akan aku goreskan dengan tinta kehidupan.

Wahai adinda. Melangkahlah seratus langkah  kearah kananmu dengan langkah santun. Kan kau temui aku disana.

Leksa terkesima menatap lembar kata-kata indah itu. Ia melangkah sesuai apa yang dipinta. Sambil menghitung langkahnya. Jantungnya berdebar begitu kencang.

Namun langkahnya terhenti di angka sembilan puluh. Ia melihat gerbang Tempat Pemakaman Umum. Leksa tak mengerti ia melangkah mengikuti arah kanannya. Dan tepat langkah ke seratus. Dilihatnya tulisan di batu nisan yang tertancap dengan nama.

Muhammad Toro Aziz Bin Abdul Sholeh

Leksa sempat tak percaya. Kemudian dibacanya lembar selanjutnya surat itu.

Aku penuhi janjiku. Kau dapat menatapku, namun tak dapat aku tunjukkan perangaiku karena tubuhku sudah terhimpit bumi. Aku harap hadirku di kehidupanmu membawamu dalam kearifan dan menjadi insan yang Lebih mencintai Allah. Janganlah kau sedih sayang karena kasih sayangku tak akan pernah mati. Teruslah tersenyum dan hadapi kehidupan kamu yang lebih carah dan ceria. Karena bagian tubuhku melekat di tubuhmu.

Mataku untukmu agar kau dapat melihat. Membaca al-Quran tidak hanya puas mendengarkan saja. Aku di vonis kanker yang begitu langka dan tak ada dokter yang mampu menyembuhkanku hingga akhirnya aku parah. Ku serahkan mataku untukmu. Agar kau tau cinta itu tak akan pernah mati. Karena Cintaku akan selalu ada di mata hatimu.

Leksa aku tak ingin membuat kau rapuh akan diriku, aku ingin menguatkanmu. Tapi, aku sendiri rapuh akan diri aku sendiri. Semenjak aku di vonis, aku merasakan hubungan kita tak akan bisa lama dan lebih serius. Saat dokter memvonis hidupku tinggal 2 minggu lagi aku meminta ibu aku agar saat aku meninggal nanti mata ini aku berikan untuk kamu. Dan surat ini di berikan kepada kamu setelah dua bulan kepergianku dan pasca oprasi mata kamu.

Sayang, percayalah aku tersenyum di surga untukmu. Tetap jalani hidupmu karena AKU MENCINTAIMU benar dan sungguh mencintaimu. Jangan kau tutup hatimu, bukalah selebar-lebarnya untuk orang lain.

Leksa tak sadari air matanya bercucuran membasahi tulisan itu hingga kabur. Di tatapnya batu nisan Toro. Ia dapat bernapas lega akhirnya ada kepastian akan gundahnya harinya selama sebulan terakhir.

Selamat jalan sayang. Aku ku jaga matamu untuk melihat hal-hal yang baik.

---- T H E  E N D ---

NB : Untuk melihat hasil karya KCV yang lain silahkan lihat pada postingan Inilah Kumpulan Kolaborasi Cerpen Valentine. Bergabung bersama di Fiksiana Community.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun