Pengalaman saya nonton bola langsung yang paling berkesan adalah saat final Liga Indonesia antara Persik ediri melawan PSIS Semarang. Kalau tidak salah pada tahun 2007, di Stadion Manahan Solo. Berangkat pagi-pagi dari Semarang, beserta 3 rekan, saya mendapatkan tiket siang hari. Pertandingan digelar bada maghrib. Ternyata, setelah kami mencoba masuk ke stadion, kami sangat kesulitan. Sebagai warga Semarang, tentunya kami ingin nonton di tribun suporter Semarang. namun karena tribun untuk suporter Semarang telah penuh, akhirnya kami "menyusup" nonton di tribun suporter Persik Kediri. Kaos Panser Biru yang sudah kami bawa pun akhirnya kami simpan. Ternyata, saat pertandingan Persik Kediri lebih mendominasi, bahkan di menit-menit akhir gawang PSIS bobol oleh sundulan Christian Gonzales. Karena sudah telanjur berada di tribun suporter persik, kami pun akhirnya terbawa suasana bersorak gembira. Makin jengkel kami pada kubu suporter PSIS, karena setelah kalah, banyak yang main lempar, dari botol, sandal, hingga (maaf) air kencing yang ditaruh di botol air mineral. Sejak saat itu, meski saya tinggal di Semarang, namun saya tidak lagi fanatik mendukung PSIS. Saya hanya akan fanatik terhadap klub dan suporter yang bermain "cantik" dan tidak merusak sportifitas sepak bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H