Mohon tunggu...
Hengky Saujana
Hengky Saujana Mohon Tunggu... profesional -

suka berbagi informasi yg menarik & bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pelajaran Berharga dari Almarhum Ayah

27 Juli 2013   09:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:58 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman hidup memang selalu memberikan inspirasi terbesar dalam diri kita. tidak terkecuali saya sendiri. saya mengenang dulu saya dikuliahkan keluar negeri dengan berharap bisa bekerja diluar negeri dan membanggakan keluarga saya. namun sejak awal kuliah di bln agustus 2003 sampai 2005 bisa dikatakan nilai saya pas2an dan terjerumus dalam pergaulan yg kurang baik sehingga byk menghabiskan biaya sehingga membebankan keluarga saya tanpa saya sadari.. tahun 2006 keluarga saya ditimpa kesulitan ekonomi, saya baru mengetahui bahwa keluarga saya ternyata meminjam uang dari beberapa kerabat supaya saya tetap bisa lulus. saya pertama kalinya awal tahun 2006 shock berat serta kaget.

belajar dari hal pahit tersebut, saya berusaha berubah. saya tinggalkan beberapa kebiasaan buruk saya dan bljr menghemat uang dengan segala upaya.. dalam proses tersebut saya kehilangan banyak teman krn pola hemat saya dan jg kehilangan beberapa sahabat krn saya pribadi waktu itu egonya saya msh tinggi. tahun 2006 adalah tahun dimana saya kehilangan hampir segalanya terutama teman. waktu itu hanya 1 sahabat saya yg masih menemani saya walaupun waktu itu karakter saya masih byk celanya... sampai saat ini sahabat saya yg satu ini masih menjadi salah satu sahabat terbaik saya. adapun teman2 baru yg menghormati saya waktu itu.

tahun 2006 tersebut itulah, saya berusaha mencari pekerjaan part-time (paruh waktu) dimana2. di kampus atopun sekitar kampus.. ternyata mencari pekerjaan paruh waktu tdk segampang pikiran saya. awal2 tahun msh mudah mendptkan pekerjaan paruh waktu di beberapa tempat seperti beberapa pekerjaan yg saya lakukan seperti: tour guide, office boy, asisten admin, bartender, kasir. menjelang pertengahan tahun byk pekerjaan paruh waktu dikurangi oleh kampus krn mereka memilih mencari mahasiswa yg nilai bagus saja yg boleh mendaftar kerja paruh waktu. saya sempat terpukul krn saya berpikir kemana lagi saya hrs mencari tambahan dana utk bisa bertahan hidup. berkat keuletan dan kerja saya yg efisien, saya diberi kesempatan oleh rektor kampus sehingga masih dipertahankan sementara yg lain tidak dipakai lagi. terkadang dosen maupun staff kampus ada yg prihatin terkadang membagi saya kue atopun bekal. saya merasa terharu waktu itu.. saya belajar menghargai dan menerima kritikan di tahun sulit tersebut. terkadang di masa sulit, kita bisa belajar lebih byk dan berubah....

tahun 2008 saya lbh fokus kuliah dan jg aktif di berbagai organisasi kampus serta kerja paruh waktu. sekitar desember 2008, ketika akhirnya saya sempat pulang kampung setelah 2 tahun tidak pulang demi menghemat biaya. saya berjumpa dengan almarhum bapak saya untuk terakhir kali (waktu itu saya tdk tahu bahwa setelah 6 bln setelah bertemu, beliau meninggal dunia di bln juli 2009), saya sempat membantu dia untuk berjualan kedai kopi di rmh kami sendiri. pada saat istirahat siang, saya sempat bertanya kepada bapak saya karena ada hal yg mengganjal di hati saya soal bapak saya sendiri. bapak saya menikah di umur 36 tahun dengan ibu saya waktu itu umur 25 tahun. saya lahir ketika bapak saya berumur 37 tahun. pada saat itu usia bapak saya sudah 60tahun lebih dan masih bekerja dan sakit2an pada saat saya pulang kampung. saya bertanya "pa, apakah papa ada penyesalan dalam hidup papa selama ini apalagi kondisi keluarga kita masih ada beban yg besar?" kemudian ayah saya menjawab "papa tidak menyesal. malah papa hidup tanpa menyesal karena sudah berusaha sebaik2nya dalam hidup papa" sambil tersenyum. saya waktu itu msh ingat dan sempat melupakan peristiwa tersebut.

pada bln juli 2009, bapak saya meninggal dunia krn stroke. saya waktu itu tdk bisa pulang krn nggak ada uang. semua sahabat setelah mende dtg ke saya dan beberapa ada yg menangis dan membantu memberikan uang untuk membantu saya membeli tiket, anehnya saya tdk menangis setelah mendengar berita tersebut. akhirnya saya bisa pulang kampung dan mengikuti upacara kremasi ayah saya dan setelah acara selesai baru saya menangis dan teringat semua nasehat2 beliau. dan saya tdk punya uang utk kembali kuliah dan tiket pada saat itu krn byk habis biaya.. rupanya ada beberapa teman2 ayah saya dtg ke rmh dan menangis memberikan saya salam sambil memberikan uang. dengan uang tersebut, saya berangkat keluar negeri dan berhasil selesaikan kuliah didukung oleh keluarga saya.

semenjak kejadian itu, terkadang kalo sedang stress ato gelisah menghadapi cobaan ato tantangan baru, saya selalu bertanya ke diri saya sendiri "apakah saya ada penyesalan" dan saya berusaha untuk mengambil keputusan lebih baik kedepan dengan komitmen tanpa penyesalan. drpd menyesal dikemudian hari lbh baik memilih yg terbaik yg ada :)

salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun