Saya sampai tertegun dengan sejuta tanya dibenak yang penuh daki ini disertai aroma kaget dengan bumbu tersipu muak. Kenapa tiba-tiba sang raksasa Djarum menghentikan Audisi Bulu Tangkis untuk anak-anak yang telah digelar dari tahun ke tahun. Awalnya hanya saya pikir mungkin Djarum sedang ingin rehat dan ingin membuat formulasi baru agar bulu tangkis merah putih kembali bersinar terang laksana era emas Riki-Rexy, Alan Budi Kusuma, Susi Susati, Sigit-Candra disusul era Taufik Hidayat tapi salah.. itu semua salah ternyata KPAI Â & Kementrian ingin stop menggunakan anak-anak.
What the hell, terus pembibitan atlet di usia dini bahkan menjadi standard di negara maju contoh Inggris, Spanyol atau Jerman itu adalah bentuk exploitasi anak... silahkan ketawa ketawa itu gratis dan menyehatkan bukan bentuk exploitasi anak kok.
Untuk Riki-Rexy,, Sigit-Candra Taufik Hidayat, Susi Susanti tidak lahir berdekatan diera KPAI-Kementrian di isi orang-orang super hebat seperti saat ini. Seandainya saat itu orang-orang KPAI sudah di isi oleh manusia pintar & super cerdas seperti sekarang hall of fame Indonesia tidak akan mencatat nama anda semua karena kalau dilihat dari biografi yang anda-anda para manusia dengan segudang prestasi sudah sejak kecil di gembleng dengan keras bahkan disaat yang lain asyik main lempar pecahan genteng, asyik main petak umpet namun anda-anda sekalian sudah bersusah payah berfikir untuk membesarkan nama Indonesia bisa tenar disetiap inci bumi dipijak manusia.Â
Silahkan ketawa ketawa itu gratis dan menyehatkan bukan bentuk exploitasi anak kok.
Hal yang sama terjadi dengan sosok Messi, Hamilton, Schumacher dan Marques mereka dari umur 5-6 tahun sudah digembleng agar menjadi manusia yang berguna kelak saat mereka sudah jadi dewasa, apakah didikan usia dini mereka salah, apakah Messi, Hamilton, Shumacher dan Marques menjadi remaja alay, Messi, Hamilton, Shumacher dan Marques menjadi sosok pengangguran yang hobi nongkorong di gang mainan HP dan bikin kunsumsi hoax. Apakah juga gemblengan keras diusia dini sosok Messi, Hamilton, Schumacher dan Marques membuat mereka jadi lelaki cengeng yang di bentak dan dijewer lapor polisi. silahkan ketawa ketawa itu gratis dan menyehatkan bukan bentuk exploitasi anak kok.
Silahkan berasumsi oh itu boleh siapapun syah dan boleh. Silahkan punya gagasan dan ide itu sangat bagus namun berasumsi namun saat asumsi belum bisa direalisasikan tahan dulu sampaikan asumsi dan ide secara tertutup dengan kalangan terbatas dan dimapping agar ada jalan keluar baru disampaikan ke public. Silahkan punya sejuta ide dan gagasan namun pikir dengan baik apakah gagasan itu langsung bisa direalisasikan dalam waktu dekat atau harus dengan lobi-lobi muter-muter kayak gangsing dengan banyak pihak apakah ide & gagasan bisa diterima dan masuk akal apalagi kalau berkaitan dengan dana yang luar biasa besar. Bukan hanya sekedar asumsi, ide dan gagasan lalu main lempar ke public yang akhirnya membuat pihak lain berada dalam posisi serba salah.
KPAI & Kementrian boleh mengusulkan ide & gagasan agar posisi Djarum diganti dengan BUMN tapi apa sudah ada pembicaraan BUMN mana yang akan mendanai, apakah BUMN sudah siap dengan dana yang jelas gede banget. KPAI & Kemetrian ini bukan sulap yang bisa mengeluarkan kelinci dari topi namun ini perlu perencanaan yang matang, butuh didalami root casenya bukan sekedar punya ide & gagasan namun pihak lain suruh mikirin ide & gagasan anda. Silahkan ketawa ketawa itu gratis dan menyehatkan bukan bentuk exploitasi anak kok.
KPAI & Kementerian yang tapi sangat islami silahkan pahami kenapa Rasulullah melarang kita menghardik anak saat dimasjid, karena menghardik tidak memberi manfaat apa-apa yang ada membuat anak berfikir kalau masjid itu tempat jahat yang bukan buat mereka dan itu akan tertanam hingga kelak mereka dewasa. Kalau bisa bombing anak-anak dengan cara yang benar dan jika memang belum mampu cukup diam saja. Selama sesuatu itu masih positif buat anak-anak biarkan cukup diawasi dan diarahkan bila anak salah.
Semoga ini menjadi yang terakhir kali dan jangan sampai ada lagi manusia yang selalu asal bicara namun tidak memikirkan efeknya, sudah stop bertindak bodoh karena kebodohan akan menghasilkan kebodohan lain yang jelas akan semakin merugikan, stop merasa pandai, mari berfikir dengan logika yang terukur dan membaca dengan hati yang bersih. Terlebih lembaga negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H