Mohon tunggu...
Hengky Dwi Cahyo
Hengky Dwi Cahyo Mohon Tunggu... Buruh - Tukang Nyeting Server Dell, HP, Sophos, Fortigate, Mikrotik dan Networking

CEO Hens Automotive Services - Bengkel Spesialis Electronic & Engine Mercedes Benz www.tokoplakat.id

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kesadaran Elit Politik di Pilpres 2019 & Kandidat Demokrat yang Tereliminasi

12 Agustus 2018   00:03 Diperbarui: 12 Agustus 2018   00:32 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Politik praktis memang unik dan selalu penuh kejutan ini benar-benar terjadi saat last minute pendaftaran Capres & Cawapres untuk pilpres 2019 semua orang dari awal pasti tidak ada yang mengkalkulasi sosok KH Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno akan masuk dalam skema kontestasi  pilpres yang akan digelar tahun depan. 

Saya sebagai penulis sempat binggung dan sampai saat ini juga masih membaca arah politik kedua kubu Capres & Cawapres mengingat kontestasi yang biasanya panas diarahkan menjadi dingin & sepertinya akan semakin cair sebab masuknya ulama KH Ma'ruf Amin pasti akan mengerem pihak-pihak yang akan menggunakan MUI untuk kepentingan politik praktis begitu pula munculnya Sandiaga Uno yang asli nasionalis murni akan menbuat isu soal agama perlahan menguap dan hilang jikalau masih ada itu hanya riak-riak kecil yang memang pendukung membabi buta dan perusuh yang mengedepankan emosi dibanding akal sehat.

Suasana panas perpolitikan Indonesia mulai panas sejak pilgub DKI 2012 dimana saat itu mulai menggunakan simbol agama & isu rasial kemudian disiram minyak lagi saat pilres 2014 dimana bangsa Indonesia mulai belajar memilih hanya dua pasangan kandidat saat itu sebenarnya ujian kita sebagai bangsa mengingat kalau hanya dua pasang kandidat pasti pendukung akan all out memenangkan calonnya karena siapa yang kalah yang pasti langsung out maka wajar kalau saat itu menjadi pilpres paling panas karena semua lini dikerahkan termasuk black campaign yang begitu vulgar hingga polarisasi dukungan yang sampai memunculkan istilah cebong & kampret. 

Setelah beberapa tahun polarisasi bukan menemukan titik temu tapi malah disiram bensin dipilkada DKI 2017 dimana politik Indonesia semakin panas & mungkin bisa dikatakan rawan perpecahan sebab elit politik semua berambisi merebut DKI dan enggan berfikir bagaimana mempererat persatuan yang ada dibenak sebagaian elit politik hanya kekuasaan dan kekuasaaan semata.

Alhamdulillah untuk pilres 2019 sepertinya sebagian para elit politik mulai sadar dan bara kontestasi harus dipadamkan, makanya muncul nama KH Ma'ruf Amin & Sandiaga Uno semua mulai berupaya meninggalkan politik identitas dan politik adu domba yang massif akhir-akhir ini. 

Presiden Jokowi sudah mengatakan akan merangkul semua ini sudah dibuktikan dengan hadirnya sosok KH Ma'ruf Amin sebagai wakilnya dan Prabowo sudah menanggalkan identitas sebagai sosok agamais dengan merangkul Sandiaga Uno, kali ini saya angkat topi buat jokowi & prabowo yang sama-sama ingin mengedepankan politik yang lebih kondusif itulah yang disebut negarawan sejati.

Terus yang tidak kalah seru dimana calon demokrat yang gagal menjadi cawapres didua kubu baik Jokowi maupun Prabowo siapa aktor intelektual yang mampu membuat kontestasi tanpa diisi oleh kubu demokrat meski sempat ada wacana poros ke-tiga. 

Hal ini disadari oleh semua elit politik kalau kandidat dari demokrat hanya akan menguntungkan demokrat baik kalah atau menang di kontestasi pilpres 2019 karena saat kontestasi pilpres tahun 2024 di depan calon demokrat namanya sudah besar tanpa perlu susah-susah mengenalkan lagi kandidatnya untuk maju menjadi capres sebab Presiden Jokowi & Prabowo yang satu sudah tidak berhak maju lagi dan satunya akan dieliminasi usia. 

Cara yang licik sich tapi semua balik lagi itu bagian strategi memenangkan kontestasi yang bisa jangka pendek atau jangka panjang namun strategi itu dibaca dengan baik oleh dua kubu koalisi sehingga semua diulur-ulur sampai mendekati deadline pendaftaran Capres & Cawapres agar strategi licik itu gagal terlaksana dan itu memang terjadi sehingga pilpres 2024 tidak ada yang diuntungkan, semua fresh harus bekerja ekstra sendiri-sendiri & belajar jadi pemimpin dengan ditempa sedemikian rupa sehingga mampu menjadi sosok pemimpin yang kuat, visioner, paham ilmu pemerintahan dan bisa memakmurkan rakyatnya.

Dari sana sebenarnya terbaca kalau aslinya elit politik kita dibelakang layar sudah damai dan mampu membuat deal-deal politik agar semua menjadi kondusif namun namanya kontestasi yang tetap gahar dan kelihatan saling sikut kalau dimedia itu untuk menjaga iklim kompetisi biar menarik dan media diuntungkan. Nah itu semua mesti dipahami oleh semua pendukung kandidat capres & cawapres jangan menjadi pendukung membabi buta yang hanya mengedepakna emosi semata. 

Sebab memang para elit politik itu ahli memainkan emosi. Kalau emosi berlebihan sampai darah tinggi dan ada yang sampai sakit jiwa karena kandidatnya kalah pilpres kan tidak lucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun