Kirana, cukup. Anda lebih bijak, memilah-milah warna. Anda tidak menyukai hitam, dan putih yang anda suka adalah yang paling berkilau sepanjang jalan, sepertinya anda sedang menggunakan kacamata Langit, tentang jaminan kehidupan adalah material.Â
Kirana. Hitam dan putih adalah hanyalah soal warna, lihatlah bawah hitamnya mendung, tak selalu tentang turunnya hujan. Sebaliknya putih tidak selalu tentang cerahnya langit.
Kirana. Anda mungkin tidak menyukai hitam apalagi kiri jalan. Mekar, dan tak punya waktu untuk bersaing dengan putihnya langit tentang material walaupun keduanya hanya soal warna, tak lebih dari itu. Anda tak mungkin, memahaminya.
Kirana. Pergilah ke pantai dan bertemulah dengan laut, lihatlah setiap ombak yang bertemu bibir pantai, ia datang bertubi-tubi sepanjang waktu, ia tidak pernah bertahan lama, ia meninggalkan batuan-batuan kecil yang bergerak. Kirana, itulah keadaannya, yang bisa pergi kapan saja, entah kapan maunya.
Kirana. Jika anda pelajari angin, ia memang tak pernah ada dalam potret dua bola mata tetapi ia diam dan bergerak. Itulah mengapa anda tak pernah melihatnya. Ia tak pernah ada, Anda hanya bisa merasakannya. Ia tetap bersamamu sepanjang waktu. Itulah mengapa angin tak selalu bercerita tentang kehadirannya.Â
Kirana. Hitam hingga putih adalah sebutan warna, ombak juga selalu dapat meninggalkan pasir, angin mungkin diam, tetapi ia bergerak dan selalu memilih bersama sepanjang waktu.Â
Kirana. Cintaku adalah diam, tetapi selalu sibuk di sepanjang waktu. temui aku di lembaran esok. Sampai akhir tahun ini, anda tak pernah setuju, dan akhirnya menjadi badai seperti hujan deras dan angin kencang sepertinya kita sedang berlayar bersama kapal bernama persahabatan.
Kirana!
Pengunjung 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H