Mohon tunggu...
Yogie
Yogie Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

suka cerita | kopi | berimajinasi tentang bumi manusia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kalian Dengarlah Suaraku

25 Maret 2024   00:28 Diperbarui: 11 April 2024   00:29 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber gambar. Pixabay.com

Kalian Dengarlah Suaraku

Di serambi waktu, aku dengan segenap deritaku berdiri melambai tangan. Berdiri berjalan membawa gumpalan nyawa dalam nurani kemanusiaan, sepanjang semesta tapi tak ada yang berdegup.

Apakah?
aku pantas di hukum dalam bayangan-bayang kepunahan, ingin aku gapai mimpi martabat semua bangsa dapat berdamai.

Apakah?
Karena aku hanyalah mutiara hitam yang dibenci sepanjang peradaban manusia sempurna. "Kalian dengarlah suaraku"

Aku berjalan sepanjang bibir pulau-pulau, mengetuk hati nurani, sekali lagi hati nurani. Dari pintu-pintu itu, tak ada yang dapat membukanya. Jikalau Tuhanmu melerainya, biarlah hanya pada ilalang yang menghiasi wajah semesta juga biarlah mata semesta alam memperhitungkan wajah-wajah kezaliman.

Ia kalian saudaraku, yang beriman juga berakal budi. Ia Kalian! Dengarlah! suaraku.

Derita Tiada Akhir #5
24 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun