Mohon tunggu...
Yogie
Yogie Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

suka cerita | kopi | berimajinasi tentang bumi manusia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negeri Awan Kelabu

25 Januari 2024   16:15 Diperbarui: 11 April 2024   00:39 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber gambar. pixabay.com

Negeri awan kelabu

Dari mendung ke mendung, hujan tak pastinya turun. Daun pun akan menguning, manusia tidak semestinya mati terbunuh.

Badai-badai seakan murka, laut-laut tak lagi membiru. Burung-burung tak lagi berjalan, ikan-ikan terdampar beriringan.

Hutan-hutan ludes, tanah-tanah menjadi batu. Satwa berhamburan diperumahan, orang-orang berhamburan, berlari membawa diri.

Mayat-mayat bergelimpangan, peneror tertawa terbahak-bahak. Berdasi, berjasa, garap daun-daunan haram.

Arsip-arsip palsu menyebar, pegadaian sepihak, otak-otak tepung keju. Manis di awal, akhirnya terkubur mati menjadi santapan cacing tanah.

Luka-luka berhamburan. mati, dimana-mana. Tulang-tulang, berhamburan. Bahkan, ada tima yang membedil.

Negeri awan kelabu
Awan  kelabu
Kelabu

Nyerinya di negeri
Awan kelabu

Derita Tiada Akhir #3
2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun