Sudah menjadi tradisi setiap tamu yang datang di Kabupaten Belu, baik pejabat dari Ibu kota Negara, Ibu kota Provinsi maupun dari kecamatan bahkan dari Luar Negeripun selalu di dahului dengan sapaan adat ketika menginjakan kaki di Rai Belu Dalam momen resmi.
Sebagai tamu ataupun sebagai pengunjung yang hanya datang untuk menikmati keindahan panorama alam ataupun melihat situs -situs bersejarah yang ada di Rai Belu pasti akan mengalami sapaan adat oleh masyarakat Belu yang memiliki empat etnis Suku yakni Etnis Suku Bunaq, Etnis Suku Kemaq, Etnis Suku Tetun dan Etnis Suku Dawan. Kempat etnis ini dengan cara dan bahasa adat yang berbeda-beda sering menyapa tamu dengan tutur bahasa adatnya masing-masing.
Salah satu Etnis yang sering penulis saksikan yakni sapaan adat dalam bahasa bunaq dengan istila Gase, Gawaka, Galok, Galama, Garomi.
Dari urutan sapaan adat diatas yakni Gase, Gawaka, Galok, Galama dan Garomi mempunyai arti dan makna tersendiri yang di ungkapkan oleh seorang makoan yang mempunyai talenta ataupun kharisma dalam bertutur kata bahasa adat ( bahasa leluhur) dalam penyambutan seseorang atau rombongan tamu. Ya inilah tradisi orang Belu berbeda-beda dalam suku, tutur kata,bahasa namun satu dalam keberagaman dibawa Motto " Husar Binan Rai Belu, Tetuk no Nesan, Diak no Kmanek ".
Belun ( Belu ) artinya Sahabat, saudara, yang adalah sapaan Khas orang Belu bagi siapa saja. Sapaan ini sudah sejak lama telah diwariskan oleh para leluhur Rai Belu bagi anak cucunya hingga kini sudah mendarah daging dalam tubuh dan pikiran masyarakat kabupaten Belu dan hingga kini masih tetap dilestarikan bahkan sapaan ini sering di gunakan ketika ada hajatan ataupun kunjungan kepala wilayah ke daerah tertentu yang ada di wilayah kabupaten Belu.
Tidak hanya di kabupaten Belu, sapaan adat ini juga sering dilakukan oleh masyarakat tetangga yakni di wilayah Kabupaten Malaka, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan beberapa Kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, bahkan negara tetangga Timor Leste pun sapaan adatnya masih sama dengan orang NTT terutama orang Belu. Menurut sejarah peradaban pulau Timor diyakini orang - orang yang mendiami pulau Timor baik Timor Lorosae ( Negara Timor-Leste ) dan Timor Loro monu ( Timor Barat Indonesia ) merupakan keturunan Melanesia, sehingga ada kesamaan budaya dan tradisi, terutama dalam tradisi sapaan adat.
Sapaan adat tradisi orang Belu ini membuat saya sebagai penulis artikel ini mengenang kembali kisa setahun silam yang kami alami bersama beberapa sahabat berjalan bersama mengelilingi tiga kabupaten di wilayah perbatasan RI-RDTL dalam berbagi kasih kepada sesama korban dampak Covid 19, meskipun sederhana namun padat maknannya bagi kami.
Oleh karena apa yang di perbuat oleh saudara dan saudari terhadap kami memberikan suatu penghormatan yang sangat luar biasa dan tak terhingga.
Ketika menerima kain selendang dan memakainya saya teringat akan Leluhur kami yang selalu saleh dalam menerima tamu bertutur kata dalam bahasa adat yakini Gase, Gawaka, Galok, Galama, Garomi. Mengingat akan kebaikan dan penghargaan yang datang dari lubuk hati mereke menerima kami sebagai bagian dari keluarganya, saya sujud bersembah kepada anda kalian oleh karena pada hari itu anda kalian telah memberikan suatu penghargaan yang sangat luar biasa kepada kami terutama pada diri saya, ternyata saya dan teman - teman masih di hargai di tempat ini, meskipun kedatangan kami secara tiba-tiba.
Saya sangat berterimakasih dan bersujut kepada anda kalian oleh karena saya masih di hargai di tempat ini. ( Ternyata masih ada saudara - Saudari yang masih peduli dengan tradisi Leluhur, yakni menyapa - menerima - memberikan penghormatan dan menyuguhkan ).
Suatu tradisi leluhur yang masih di lestarikan oleh generasi di zaman ini di Rai Belu " Pengalungan tanda menerima kehadiran kami, suguhan siri pinang tanda menerima keberadaan kami sebagai tamu dan keluarga, perjamuan makan bersama tanda kami diterima sebagai bagian dari keluarga " Terimakasih untukmu yang sudah menerima kami sebagai bagian dari keluargamu.