Mohon tunggu...
Hengki Fernando
Hengki Fernando Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Seorang mahasiswa yang hidupnya disibukkan dengan kegiatan dan aktivitas bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesetaraan Gender Topeng Feminisne Barat- Kesalahan Reinterpretasi Ajaran RA. Kartini

21 April 2024   17:35 Diperbarui: 21 April 2024   17:57 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/Y5hmy1iwAiSWB2eu9

Mencermati surat-surat Kartini yang dikumpulkan oleh Abendanon dari Belanda banyakl iteratur menggambarkan Kartini sebagai sosok sekuler dan feminis Barat, padahal sebenarnyaperjuangannya sejalan dengan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya pendidikan bagiperempuan dalam keluarga, sambil tetap menghormati peran laki-laki sebagai kepala keluarga.

Surat-suratnya menunjukkan Kartini sebagai seorang muslimah kritis yang menyoroti ketidakcerdasan keberagamaan dan pentingnya pemahaman Al Qur'an dalam mencapai cita-cita spiritual tertinggi. Dengan menyebut dirinya sebagai "Kartini saja", ia menunjukkan sikap anti-feodalisme dan kesadaran akan kesetaraan yang tinggi.

Namun realita yang terjadi sekarang adalah banyak yang menjadikan konsep kesetaraan gender yang di perjuangankan oleh RA. Kartini sebagai topeng untuk kaum wanita lebih bebas bahkan melebihi kodratnya sebagai perempuan.

Kata " Kesetaraan" Menurut KBBI adalah sejajar, memiliki kedudukan yang sama seakan menjadi senjata bagi para wanita yang telah terpengaruh oleh paham sekuler dan feminis barat,sehingga hal tersebut dijadikan landasan sebagai topeng untuk wanita lebih bebas, dampaknya apa? Feminisme barat merajarela, Penampilan busana ke barat barat an, syariat diabaikan bahkan hilangnya ibu pendidikan dalam keluarga.

Maka 21 april adalah momentum bagaimana mengembalikan perjuangan ibu RA Kartini kejalan yang seharusnya. Perkataan beliau dengan menyebut "Kartini saja" Mencerminkan bahwa beliau anti feodalisme dan mencerminkan ke tawadduan sebagai seorang muslimah,

sudah saatnya mengembalikan hak hak perempuan kepada tempatnya. Kritik saya kata"Kesetaraan" Diubah menjadi "Humanisme" Agar bisa meminimalisir penyalahgunaan kesetaraan untuk kebebasan yang biasa dilakukan oleh oknum oknum perempuan yang ingin bebas

Selamat Hari Kartini Perempuan Hebat

Habis gelap terbitlah terang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun