Mohon tunggu...
Henggar Budi Prasetyo
Henggar Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Travelers

Bandung, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengejar Kebahagiaan di Bulan Ramadan

3 Juni 2017   07:16 Diperbarui: 3 Juni 2017   08:32 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.arieffandy/brillio.net (dapat dilihat lebih lanjut di @arieffandy di instagram)

Humaniora - Kebahagian merupakan tujuan dari setiap insan manusia tanpa kecuali. Hal tersebut sudah merupakan kodrat alamiah dari setiap insan manusia. Tidak ada kata-kata yang mampu menjelaskan definisi kebahagian. Hal tersebut karena memang kebahagian itu unik. Dikatakan unik karena kebahagian hadir sebagai hasil dari proses memahami dan mengerti dirinya.

Anekdot "Bahagia itu sederhana", setidaknya dapat sedikit menjelaskan tentang hadirnya kebahagian. Dikatakan sederhana karena kebahagian itu ada di dalam diri kita. Kebahagian hadir dari bagaimana cara menyikapi setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini. Tidak diperlukan suatu kendali terhadap peristiwa yang akan atau telah terjadi di dunia ini. Karena terjadinya peristiwa memang domain Tuhan Yang Maha Esa, sebagai insan manusia hanya memiliki kemampuan untuk menyikapi dan mengambil makna yang positif.

Di bulan suci ramadhan merupakan momen tepat, bagi kita untuk sekali lagi menghadirkan atau menjaga kebahagian dalam kehidupan ini. Selalu bersyukur merupakan kata kunci untuk menghadirkan kebahagian dihidup kita. Bersyukur akan membuat diri kita lebih mengenal siapa diri kita secara mendalam, bisa mengetahui beda antara kebutuhan dan keinginan. 

Kemampuan membedakan antara Kebutuhan dan keinginan sering menjadi faktor yang menyulitkan setiap insan manusia untuk menghadirkan kebahagian dalam hidup. Seringkali sebagian orang memilih untuk mewujudkan keinginannya sehingga apa yang menjadi kebutuhan terabaikan. Keinginan pada dasarnya baik, karena akan memberikan motivasi seseorang untuk mencapainya. Namun, dengan segala keterbatasan hal yang ada di dunia ini, tidak setiap keinginan dapat terealisasikan. 

Tentu bukan berarti keinginan harus diabaikan. Keinginan harus tetaplah ada, akan tetapi perlu untuk dikendalikan. Dan cara untuk mengendalikan adalah dengan sikap ikhlas. Ikhlas merupakan bentuk penerimaan diri, menyakini bahwa apapun yang terjadi itu merupakan hal baik. Sebagai contoh: ndonesia adalah ingin menjadi negara dengan perekonomian terbesar nomor 1 di dunia dikarenakan hal tersebut akan berkorelasi dengan kemakmuran rakyatnya. Dari contoh tersebut keingingan terlihat dari "predikat perekonomian terbesar nomor 1", sedangkan kebutuhan terlihat dari "Kemakmuran rakyat". Nah, sudah dimengerti bahwa keinginan lebih berkaitan dengan keinginan untuk mendapat predikat dari orang lain, sedangkan kebutuhan lebih bersumber dari dalam diri. Tentu tidak masalah Indonesia tidak mendapat predikat tersebut, berbeda dengan tidak terpenuhi kebutuhan.

Akar dari sulitnya mencapai kebahagian salah satunya adalah karena keinginan untuk diakui oleh orang lain, sedangkan kebutuhan kodrati justru terabaikan berupa terpenuhinya kebutuhan lahiriah ataupun batiniah. Tidak dipungkiri bahwa fenomena yang terjadi saat ini, orang haus akan pengakuan. Hal tersebut marak dari meningkatnya volume upload data baik berupa foto selfie, Vlog ditambah dengan hal-hal diluar logika yang dilakukan, seperti selfie ditempat yang ekstrem misal tebing pantai ataupun diatas ketinggian gunung. 

Marilah kita, kembali kesisi manusia secara kodrati, jikalaupun punya keinginan untuk diakui tetap pegang dua kata kunci, pertama bersyukur dan, kedua ikhlas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun