Mohon tunggu...
Henggar Budi Prasetyo
Henggar Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Travelers

Bandung, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kisah Kegigihan Si Petani Tua dan Secangkir Kopi

20 Mei 2015   21:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:46 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keriput kulit, Kering tubuhmu, renta usia tak jadi batasan ...
Langkah kaki tak terhitung jarak, jadi perhiasan ...
Perhiasan yang tak ternilai, sebuah warisan untuk ku dan masa depan dunia ...
Untuk ingat sebuah arti kehidupan dari perspektif mu ...

Cerita ini kuperoleh dari kesaksian langsungku tentang seorang perempuan paruh baya pekerja keras dan bahkan lebih keras pada pria di desa itu. Ia dikenal dengan nama kartinah. Pekerjaan yang dia geluti adalah buruh tani. Ia sebagai petani desa ditakdirkan kurang beruntung karena tidak memiliki lahan pertanian yang cukup luas dibanding masyarakat desa secara umum.

Tapi keterbatasan itu tak menghalangi langkah dan semangat untuk selalu bekerja. Ia berkata dunia ini adalah tempat membuat sesuatu bukan tempat memperoleh sesuatu. Sang pencipta pasti maha adil terhadap umat ciptaan-Nya menghadirkan insan kehidupan seperti dia.

Aku sangat mengenal sosoknya. Sejak kecil aku telah dekat karena kepeduliannya padaku sehingga disini aku menjadi saksi hidup meskipun umurku sekarang hanya separuh dari usianya. Tapi kegigihannya yang kulihat dan rasa telah mampu untuk membuatku mengerti.

Kebiasaan unik yang dia miliki yang tak pernah terlewatkan disetiap harinya adalah minum kopi. Kebetulan orang tuaku pedagang kelontong sehingga tiap pagi ia sempatkan untuk mampir meminum kopi ditempatku. Akupun tidak kalah tinggalan menikmati secangkir kopi bersama sambil berbicang-bincang. Ada satu hal yang selalu ia ceritakan secara berulang-ulang adalah tentang pentingnya kopi baginya. Ia berkata bahwa secangkir kopi mampu membuat bertenaga lebih dari pada ia sarapan di pagi hari. Aku terkejut karena pada umumnya sarapan itu wajib.

Aku sama sekali belum pernah mengetahui ia terkena penyakit apapun tubuhnya selalu sehat. Disitu aku mulai mencari tahu apakah tradisi secangkir kopi dipagi hari ada pengaruhnya terdapat kesehatan dan kegigihannya. Aku kemudian sempatkan untuk bertanya: pernahkah sekali-kali tidak minum secangkir kopi dipagi hari. Ia menjawab: “pernah, waktu itu diminta sarapan bersama anak-anak dan karena diburu oleh waktu untuk lekas bekerja sehingga tidak semapat meminum kopi. Pagi menjelang siang diwaktu bekerja kepala pusing dan kantukpun datang sehingga pekerjaan terbengkalai. Dari Kartinah aku mendapat pelajaran secangkir kopi memang ajaib sebagai awal aktivitas di pagi hari. Ku temui dalam berbagai artikel ternyata kopi memiliki kasiat untuk menstimulus indera manusia. Dan kini sebagai seorang peneliti dan pengembangan hukum akupun terapkan tradisi secangkir kopi untuk hari yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun