Kegelapan malam selalu menawarkan keindahan bagi penikmatnya. Kumpulan titik-titik cahaya bintang membentuk gugusan yang memesona. Gugusan-gugusan bintang tersebut seolah-olah merupakan sebuah layar teater yang menceritakan kehidupan di luar angkasa.Â
Scorpio, Libra, Crux, Cygnus, Lyra, Ophiuchus adalah beberapa gugusan bintang yang terlihat bersinar cerah dilangit malam bulang Agustus. Diluar itu, beberapa meteor jatuh yang terlihat seperti garis cahaya yang bergerak atau sering disebut bintang jatuh menjadi kejutan indah bagi penikmat langit malam karena fenomena tersebut tidak terjadi setiap waktu. Kemegahan tata surya kita juga terlihat dengan cahaya dari planet mars, saturnus, dan jupiter.
Namun, keseluruhan keindahan malam tersebut saat ini hanya merupakan cerita terkhusus di kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Makasar. Polusi cahaya berupa intensitas cahaya kota yang tinggi berakibat pada tidak terlihatnya titik cahaya bintang, planet, atau bahkan bintang jatuh.Â
Bahkan di wahana observasi bintang Booscha di Lembang pun mengalami penurunan kualitas visi bintang akibat polusi cahaya di kota sekitarnya. Padahal, selain pesona keindahan pemandangan langit malam juga diperlukan untuk melakukan penelitian-penelitian untuk penemuan-penemuan hal baru berkaitan dengan antariksa.
Polusi cahaya saat ini menjadi suatu permasalahan yang tidak dengan mudah diselesaikan, dikarenakan di satu sisi cahaya kota menjadi lambang eksistensi sebuah kota, akan tetapi bintang malam juga merupakan sebuah misteri alam semesta dan menarik untuk diteliti bukan hanya bagi ilmuwan, akan tetapi untuk setiap orang yang memiliki ketertarikan pada keindahan dan misteri alam semesta.
Untuk itu, selain gerakan yang berlatar belakang Go Green dengan wujud gerakan mematikan lampu selama satu jam. Diperlukan juga gerakan pemadaman lampu kota secara sukarela untuk menikmati keindahan langit malam bersama-sama sekaligus untuk mempererat tali silaturahmi antar masyarakat perkotaan yang pada umumnya sekarang cenderung individualistis.Â
Perlu belajar dari gugusan bintang, di mana meskipun karateristik dan jarak antar bintang relatif jauh berbeda, namun ketika disatukan dalam gugusan bintang-bintang ditemukan keindahan dan makna menakjubkan.Â
Hal inilah yang saat ini, harus dicontoh oleh warga bumi. Meskipun, berbeda-beda akan tetapi kita tetap harus bersatu dan menjaga kerukunan untuk mewujudkan suatu kehidupan yang penuh dengan hal menakjubkan.
Gerakan untuk menyaksikan bintang dengan pemadaman lampu perkontaan dan menyaksikan bintang bersama-sama seluruh warga kota merupakan hal yang belum lazim di Indonesia.Â
Namun, di masa mendatang hal ini harus diperjuangkan karena begitu banyak makna yang masih disimpan yang harus dipelajari. Selain ada pepatah "Jas Merah" bermakna "jangan lupakan sejarah", diluar dari itu kita juga jangan pernah melupakan warisan alam semesta, hanya karena keindahan semua ciptaan manusia.
Yuk, bersama-sama satukan tekad dan wujudkan gerakan berlatar belakang pengendalian polusi cahaya, untuk kenalkan kepada generasi penerus kita keindahan dan misteri alam semesta dari langit malam.