Saya yakin memang tidak mudah menumbuhkan kecintaan produk dalam negeri. Hal tersebut karena adanya presepsi tingkat kualitas rendah sedangkan harga tinggi. Untuk itu langkah awal yang harus kita lakukan adalah mulai lunturkan presepsi tersebut. Setidaknya awalilah dengan kenal produk dalam negeri supaya akhirnya menjadi cinta seperti pepatah "tak kenal, maka tak sayang."
Di mulai dari pulau Sumatera siapa yang tidak kenal dengan kain ulos dan songket palembang suatu produk busana yang menawarkan motif yang unik serta kualitas terjamin. Di pulau jawa dikenal batik cirebon, pekalongan serta solo yang memiliki motif serta kualitas yang tidak lagi diragukan di kelas internasional. Berinjak ke pulau kalimantan ada produk berupa hasil bumi berupa pernak pernik salah satunya intan yang dihasilkan di martapura.
Selanjutnya menginjak ke pulau dewata memiliki produk berupa jasa pariwisata yang daya tariknya sudah tidak diragukan lagi baik dalam negeri maupun luar negeri. Menginjak ke nusa tenggara memiliki keunggulan pada sektor peternakan dikenal penghasil kuda balap serta produk daging sapi. Menginjak ke Sulawesi dan Maluku dikenal dengan produk hasil lautnya berupa beraneka ragam ikan, perhiasan serta destinasi wisata maritim (bunaken).
Selanjutnya, menginjak bumi Papua memiliki keunggulan berupa ekosistem yang masih terjaga keseimbangannya terlihat dari ragam flora dan fauna di dalamnya. Itu baru uraian singkat dan belum mendetail. Tetapi setidaknya sudah dapat menggambarkan betapa kayanya negeri ini.
Kecintaan produk dalam negeri  perlu dibangun dalam perspektif realistis bukan fanatisme. Itu artinya untuk produk yang belum mampu dibuat di dalam negeri tidak perlu memaksakan diri untuk memakai produk dalam negeri karena justru bisa jadi anda yang terepotkan karena kelangkaan ataupun kualitas yang kurang.
Nah untuk menutupi kekurangan tersebut, maka kita dapat turut memperkenalkan produk dalam negeri yang unggul kepada dunia. Saluran media sosial yang global dapat dimanfaatkan itu hal tersebut.
Esensi dari penguatan ekonomi tidak melulu soal tidak impor, tetapi juga soal keseimbangan neraca eksport dan impor karena tidak dipungkiri bahwa setiap negara memiliki keunggulan absolut dan relatif dimana artinya adalah kemampuan produksi suatu barang A di satu negara lebih baik, sedangkan barang B lebih buruk. Sebaliknya di negara lain produksi suatu barang A buruk, dan B baik, disitu maka jika dilakukan perdagangan ekspor -- impor maka yang hadir adalah efektifitas.
Itulah cara saya untuk berkontribusi bagi penguatan stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Saya pikir selain sistem pengamanan yang kuat dari sisi otoritas. Kita sebagai masyarakat biasa juga dapat berkontribusi dengan membangun struktur perekonomian dalam negeri yang lebih kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H