Kawasan perbatasan menurut masyarakat merupakan kawasan yang tidak terpisahkan dengan Negara tetangganya bahkan memunculkan simbiosa mutualisma (saling membutuhkan dan saling menguntungkan). Seperti masyarakat Balai Karangan yang merupakan pusat Ibukota Kecamatan Sekayam, Desa Bungkang Desa Lubuk Sabuk dan Desa Sei Sekam, dalam segi memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka lebih memilih belanja ke Negara tetangga hal ini dirasakan karena harga murah dan jarak pencapaian tidak jauh, seperti ke pusat-pusat kegiatan ekonomi di Kp. Mapu, Kp. Mongkos, Kp. Mongat, Kp. Lubuk Nibung dan Kp. Pang Amu (Negara Bagian Serawak) yang berjarak 1-12 Km dari desa-desa di Kecamatan Sekayam yang telah disebutkan diatas.
Begitu pula barang-barang kebutuhan sehari-hari maupun barang-barang lainnya yang diperdagangkan di kawasan Kecamatan Sekayam lebih banyak barang yang berasal dari Negara Malaysia (harga murah dan mudah didapat), daripada menunggu datangnya pasokan dan distribusi dari pusat koleksi barang dan distribusi Pontianak yang tersendat (factor aksesibilitas rendah)
Masyarakat sudah antipati dengan program-program pembangunan yang dicanangkan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah, kenyataanya sampai hari ini keadaan masyarakat kami tetap miskin dan merasa paling jauh dan terpinggirkan di Negara sendiri sementara sangat dekat dan merasa diperhatikan oleh Negara tetangga.
"Rasanya tidak ada pejabat yang tidak pernah mampir ke Entikong. Tapi, tak juga ada kemajuan di daerah ini. Cuma malaikat yang belum mampir ke Entikong " ...(pendapat masyarakat perbatasan).
Hal ini terjadi pada pertengahan bulan Mei 2011, dari rencana 5 (lima) menteri yang akan mengunjungi kawasan perbatasan (baca: entikong) yang berkunjung hanya 1 orang menteri dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Dengan kejadian tersebut masyarakat sudah apatis dan tidak terlalu peduli dengan beragam dan bervariasinya acara kunjungan berbagai tamu terutama (baca:pejabat dari pemerintah pusat) dengan mengumbar janji-janji dan retorika untuk membangun kawasan perbatasan yang hanya bersifat charity dan seremonial belaka. Dengan konsekuensi logis Pemda setempat berjibaku untuk melayani dan mempersiapkan segala sesuatunya demi kesempurnaan dan kesuksesan acara kunjungan tersebut, tetapi apa mau dikata semuanya tidak berjalan sesuai dengan acara yang telah direncanakan, padahal dari segi biaya, waktu persiapan jauh-jauh hari dijadwalkan bahkan mungkin ada agenda/program pemda yang semestinya dalam waktu tersebut harus dilaksanakan bahkan selesai jadi tertunda.
Kami lebih mengenal informasi social budaya dan perekonomian Negara tetangga dibanding informasi dari Negara sendiri, hal ini dikarenakan arus informasi melalui media elektronik baik radio maupun televisi lebih mudah menangkap siaran televisi maupun radio Malaysia setiap hari.
Bersambung.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H