Mohon tunggu...
Hendy Mustiko Aji
Hendy Mustiko Aji Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Universitas Islam Indonesia

Dosen di Universitas Islam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Tidak Beretika, Didikan Orangtua, dan Teori Psikoanalisis

28 Oktober 2017   10:14 Diperbarui: 28 Oktober 2017   10:23 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu punya teman yg sangat egois? Yang semua keinginannya harus dipenuhi? Kalau keinginannya tidak terpenuhi dia bisa sensi? Menjengkelkan sekali bukan punya teman seperti itu? 

Besar kemungkinan orang bisa punya sifat seperti itu karena masa kecilnya selalu dimanja (segala hal yg diminta anaknya pasti dipenuhi). Bisa jadi juga karena orangtuanya tidak memberikan nilai-nilai moral dengan maksimal (tidak mendidik dengan benar).

Itulah yang coba dijelaskan oleh Sigmund Freud dalam teori Psikoanalisis nya. Freud membagi karakter seseorang menjadi 3:

  1. ID
  2. SUPER EGO
  3. EGO

ID adalah struktur psikologi yang muncul dari insting dasar manusia semenjak lahir. ID dimiliki oleh bayi sampai usia tertentu, dan muncul dibawah kesadaran. Anak dengan ID yg tinggi harus selau dituruti keinginannya. Jika tidak dituruti dia akan marah-marah. Tidak heran kalau kita melihat anak kecil yg nangis dan ngambek kalau keinginan membeli atau melakukan sesuatu tidak dikabulkan orangtuanya. ID lebih didorong oleh prinsip kesenangan.

Jika ada orang dewasa, termasuk mahasiswa yang tendensius semua keinginannya harus tercapai, cuma tau senang-senang saja, maka bisa jadi ID nya masih tinggi. ID tidak boleh dibiarkan mendominasi seseorang. Diperlukan satu peran yg dapat mengkontrol ID seseorang. Peran tersebut disebut SUPEREGO.

SUPEREGO dalam struktur kepribadian Freud timbul oleh nilai-nilai moral yang didapatkan dari keluarga (orangtua) dan lingkungan. Dengan SUPEREGO seorang anak diajari bahwa tidak semua keinginan harus tercapai. Tidak semua hal harus bisa dibeli. Orangtua harus menanamkan SUPEREGO kepada anak anak mereka agar tidak menjadi orang yang egois dikemudian hari. SUPEREGO didorong oleh prinsip moral.

Jika ID (prinsip kesenangan) terlalu mendominasi hasilnya adalah anak yang egois dan tidak ber etika, namun jika SUPEREGO (prinsip moral) yang mendominasi hasilnya adalah anak yang tidak berprinsip (selalu mengikuti arahan atau perintah). Maka, kondisi yang baik adalah ketika keduanya dipadukan dan seimbang. Perpaduan tersebut disebut dengan EGO.

EGO berfungsi untuk menyeimbangkan ID dan SUPEREGO. EGO bisa positif dan negatif. Ego negatif terjadi ketika ID lebih mendominasi dibanding superego. EGO yg baik adalah ketika ID dan SUPEREGO seimbang. Biarkan anak memutuskan sesuatu sendiri namun tetap mempertimbangkan nilai moral.

https://samaggi-phala.or.id/
https://samaggi-phala.or.id/
Jadi, kesimpulannya peran keluarga sangat penting sekali dalam membentuk karakter seseorang. Dari sini juga kita bisa tahu bahwa positif atau negatif nya sifat seseorang itu besar kemungkinan muncul dari hasil didikan orangtua. Anak yang kurang ajar dan egois, tandanya orangtuanya salah dalam mendidik. Anak adalah representasi orangtuanya. Jika anaknya tidak beretika, maka orangtuanya juga demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun