Ya! Inilah kelebihan multilevel marketing atau network marketing sebagai suatu strategi bisnis atau pemasaran. Bukan hanya MLM mengembangkan penjualan melalui distribusi pengetahuan, tapi di saat yang sama MLM membangun saluran distribusi bagi produk fisik. Jadi, satu strategi mencapai 2 tujuan bisnis yang amat penting. Ini penjelasannya.
Dalam segala industri yang didasarkan pada ilmu dan teknologi baru, kekayaan wirausaha terbesar secara konsisten dibuat oleh mereka yang menyalurkan produk-produk dan jasa-jasa ketimbang oleh mereka yang membuatnya. Ini sebagian karena, dalam segala bidang teknologi yang maju pesat, hanya para penyalur yang tidak terikat ke suatu teknologi spesifiklah yang mampu dengan cepat beralih ke produk-produk baru dan lebih manjur.
Tapi ini kebanyakan karena yang berikut: Masa ini, 70 sampai 80% dari biaya kebanyakan produk eceran adalah dalam distribusi—yang menjelaskan mengapa kekayaan individu terbesar antara 1970 dan 1999 dibuat oleh orang-orang yang terfokus pada menyalurkan barang-barang ketimbang pada membuat barang-barang.
Dalam buku 1990-nya Unlimited Wealth, Paul Zane Pilzer menulis bahwa kekayaan baru dalam dekade itu akan diciptakan terutama oleh orang-orang yang mendistribusikan hal-hal, ketimbang oleh orang-orang yang membuat hal-hal. Kekayaan besar dari 1990-an dihasilkan dalam distribusi.
Tapi peluang itu telah datang dan pergi. Kekayaan yang akan dihasilkan masa ini dan dalam tahun-tahun mendatang akan dihasilkan oleh mereka yang terlibat dalam mengajari orang-orang tentang produk-produk dan jasa-jasa baru yang mereka tidak tau ada atau tidak tau sekarang terjangkau. Artinya, distribusi intelektual, lebih daripada distribusi fisik, adalah tempat kekayaan terbesar sedang dihasilkan saat ini dan akan terus dihasilkan selama setidaknya dekade mendatang.
Para produsen saat ini melaporkan bahwa rintangan terbesar yang mereka alami bukanlah dalam menciptakan produk baru hebat berikutnya; hambatannya adalah cara menjangkau orang-orang dan mengajari mereka bahwa produk-produk baru ini ada.
Orang-orang suka melakukan hal-hal dengan cara lama. Mereka melawan perubahan. Dalam segala yang kita lakukan, mulai berbelanja dan memasak sampai merawat kesehatan kita, kita sering punya pandangan nostalgia bahwa masa lalu itu lebih baik, bahwa cara-cara lama itu cara-cara terbaik.
Tapi “masa lalu” itu masa kotoran-hewan di jalan-jalan dan difteria berkecamuk, masa kemiskinan dan kondisi-kondisi hidup mengenaskan! Dalam “masa silam,” waktu anda dengar bahwa 3 dari 10 anak akan terkena polio, anda cuma bisa berdoa bahwa semoga itu bukan anak anda, bukannya berdoa bahwa kita bisa mengobati polio.
Yang benar adalah bahwa “masa lalu indah” itu tidaklah begitu indah! Namun begitu, orang-orang cenderung melekat ke hal-hal yang dikenal dan melawan hal-hal yang tak dikenal: Mereka melawan perubahan. Akibatnya, waktu mereka menonton televisi, membaca majalah-majalah atau menjelajahi Internet, mereka cenderung mencari hal-hal yang menguatkan apa yang sudah mereka ketahui. Kebanyakan media, dengan kata lain, hakikatnya pasif—bukan suatu tempat orang-orang akan belajar suatu cara baru melakukan sesuatu.
Jadi kemana mereka akan belajar? Benar-benar hanya ada satu tempat: dari orang-orang lain. Cara paling efektif kita harus mengajari orang-orang metode baru itu adalah komunikasi getuk-tular (word-of-mouth) satu-dengan-satu.
Inilah sebabnya, meskipun kita punya perangkat video conferencing canggih, para pebisnis masih akan terbang lintas negeri untuk menemui satu sama lain bertatap muka ketika mereka harus memutuskan soal-soal penting.