Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

3 Alasan Mengapa Perlu Menggunakan Hak Suara Dalam Pilkada DKI Jakarta

17 April 2017   02:04 Diperbarui: 17 April 2017   11:00 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjadi Ibu kota, Jakarta adalah cerminan yang mewakili seluruh wilayah NKRI. Saat isu-isu SARA dan intoleransi masih menjadi momok untuk memecah belah NKRI, Jakarta harus berdiri di garis terdepan untuk berperang melawan. Karena ketika Jakarta dimenangkan oleh kelompok-kelompok orang yang intoleran maka wajah NKRI yang demokratis dan menjungjung tinggi persamaan hak menjadi tercoreng, hanya tinggal bunyi gong nyaring.

Sudah banyak contoh. Penulis tidak ingin menyebutkan siapa itu, tetapi dapat dilihat, bagaimana agama dipolitisasi, jemaat ditakuti dengan tidak akan disholatkan (jenazahnya) apabila mendukung salah satu paslon, salah satu cagub diusir setelah sholat Jum’at, bahkan seorang ulama menggunakan nama Tuhan untuk mengutuki orang lain yang disebut “kafir” karena agama dan etnisnya tak sama. Menggunakan istilah pribumi di zaman yang telah merdeka ini.

Rasa kebangsaan adalah rasa persatuan yang lahir seiring dengan perjalanan hidup rakyat. Bangsa itu paham sosiologis, tidak seperti ras yang berpaham biologis, dan Indonesia tidak cocok dengan eklusifisme seperti itu karena Indonesia merupakan negara hukum yang menganut asas demokrasi dan Pancasila. Semua orang bersamaan kedudukannya dihadapan hukum.

Presiden Soekarno di dalam pidato NASAKOM menyampaikan, “Islam yang sejati mewajibkan pada pemeluknya mencintai dan bekerja untuk negeri yang ia diami, mencintai dan bekerja untuk rakyat di mana ia hidup.” Islam menolak paham kebendaan/ materi tetapi Islam adalah mengusahakan kesejahteraan semua orang.

Sebagaimana juga dikatakan di dalam Yeremia 29: 7, “Usahakanlah kesejahteraan kota di mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”

Tidak cocok memang mengaitkan bahwa salah satu golongan itu “kafir,” karena mengakui paham Pancasila adalah mengakui bahwa Tuhan itu ada, dan manusia Indonesia yang  mengakui Pancasila adalah manusia yang berTuhan. Yang menghidupi nilai-nilai universal dan kemanusiaan. Bukan sebaliknya berpenampilan agamis tetapi sebenarnya tidak memperTuhankan TUHAN.

Persatuan menjadi modal utama bagi bangsa Indonesia untuk tetap hidup rukun di dalam kebhinnekaragaman. Pemilih harus cerdas memilih, paslon mana yang memperjuangkan persatuan yang berkebhinnekaragaman, bukan kesamaan yang dipaksakan.

2. Berkeadilan, Berkerakyatan dan Ingin Kesejahteraan

Berbicara tentang kota Jakarta, tingkat kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin memang tidak terelakkan lagi. Negara tidak mungkin membatasi hal ini, karena hampir di seluruh dunia, kondisi kota metropolitan umumnya sama. Seperti inilah dia!

Masyarakat yang individualistik, kurang bersosialisasi dengan tetangga, gila kerja, cuek pada orang lain (karena kondisi dirinya sendiri sudah cape, bagaimana mau peduli), bertahan hidup lebih utama daripada belajar agama, dsb. Maka jangan berharap orang akan bersimpati di kota seperti ini, jika adapun itu mukjizat. Penulis mengilustrasikan seperti tempat duduk di dalam bus way. Jangan harap tempat duduk kosong akan diberikan pada anda kalau seseorang bisa berkesempatan mendudukinya. Siapa cepat dia dapat, urusan hati nomor kesekian.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Ibu kota lebih sadis daripada ibu tiri,” dan pepatah ini sangat benar. Tidak ada ruang bagi yang lemah dan miskin, karena ibukota hanya untuk yang kuat dan kaya. Seleksi alam berlaku di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun