Mohon tunggu...
Hendy -Y. A. M-
Hendy -Y. A. M- Mohon Tunggu... -

Alumni ITB, Pengajar Muda

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Visi dan Misi Sebuah Hubungan

12 Juni 2014   04:04 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:08 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini agak panas dan  cerah. Berbeda dengan awan hitam dan hujan yang terus meliputi sore sebelumnya. Saya duduk seorang diri bersama secangkir kopi. Lirak-lirik menatap ke sana sini tanpa tersadar melirik kalender, “Wah, sedang berada di Februari rupanya”. Teringat kata orang, ini bulan cinta. Membayangkan kata orang Medan, “Ini bulan cinta, Bung!” Namun tidak begitu dengan saya, tiap bulan adalah bulan cinta—bulan penuh dengan aktivitas mencintai.

Ya, cinta merupakan produk dari mencintai. Cinta lahir dari rasa tertarik yang menjelma menjadi sebuah usaha kerja keras untuk terus memperhatikan, menyayangi, memikirkan, menerima, mendoakan seseorang lawan jenis. Akhirnya perbuatan-perbuatan tersebut menelurkan produk ‘cinta’. Cinta kemudian berwujud. Wujudnya adalah hubungan. Namun, hubungan seperti apa?

Saat ini, di lingkungan saya, pendekatan ke lawan jenis sering sekali diarahkan ke hubungan selanjutnya yaitu pacaran. Fokusnya adalah pacar bukan calon istri. Mereka bergalau ria untuk mendapatkan pacar namun tidak yakin untuk menjadikannya seorang pendamping hidup. Namanya bisa sama-sama pacaran, yang satu mencari teman untuk malam minggu, satunya lagi mencari teman untuk mendampingi hidupnya.

Sebenarnya hal terpenting dalam sebuah hubungan bukanlah status hubungan tersebut. Namun makna dan arah menjalani hubungan tersebut. Apakah benar hubungan tersebut terarah untuk mencari pasangan hidup yang tentu berhilir pada pernikahan? Apabila jawabannya ‘iya’, itulah yang bernama visi menjalani sebuah hubungan. Pasangan dalam waktu yang lama menjalani hubungan belum tentu memiliki visi tersebut.

Ya, visi sebuah pasangan tentu saja adalah pernikahan. Namun, seseorang apalagi seorang pria playboy bisa mudah saja menjanjikan ‘visi sebuah hubungan’ tanpa benar-benar menghidupi visi tersebut. Penghidupan akan visi hubungan ini bernama misi sebuah hubungan.

Bagaimana misi tersebut dapat terlaksana? Sederhananya, cobalah pertama menjawab pertanyaan 5 W 1 H (Who, Why, When, Where, What, How).

- Siapa yang akan dinikahi?—mencakup latar belakangnya

- Kenapa saya akan menikahi dia?

- Kapan pernikahan itu akan terlaksana?—tergantung perhitungan antara pendapatan, restu orang tua, dan sebagainya

- Dimana pernikahan itu akan terlaksana?—mempengaruhi anggaran pernikahan

- Apa saja hambatan untuk menikah dan apa penyelesaiannya?

- Bagaimana pernikahan itu dapat terlaksana?

Pertanyaan tersebut tidak harus terjawab tuntas sebelum menjalani sebuah hubungan atau persetujuan melangkah ke hubungan yang lebih serius. Namun gambaran umum dari pertanyaan-pertanyaan tersebut harus terjawab untuk menjawab pertanyaan lain, “apakah hubungan ini memungkinkan untuk mencapai pernikahan?”

Apabila jawabannya, ‘Iya’, langkah selanjutnya adalah komitmen timbal balik antar insan. Ya, komitmen tersebut dapat disebut pacaran atau sebutan lainnya. Namun, hubungan ini telah memiliki pondasi yang lebih kokoh  yaitu visi hubungan tersebut serta memiliki misi yang lebih jelas dalam menjalani hubungan tersebut.

Komitmen tersebut akan lebih berwujud apabila pasangan memiliki perencanaan yang lebih konkrit dalam hubungan tersebut seperti membuat jadwal yang lebih terinci sesuai dengan prosesnya, membuat perencanaan mengenai keuangan, pertemuan keluarga, dan hal lainnya. Semakin konkrit sebuah perencanaan akan membuat langkah-langkah menuju pernikahan semakin banyak. Semakin banyak langkah-langkah tersebut, semakin serius dan pastilah hubungan tersebut. Jadi salah satu alat menilai sebuah hubungan adalah pertanyaan, “Sudah seberapa banyakkah langkah-langkah yang dijalani selama hubungan ini untuk menuju ke pernikahan?” Jika jawabannya negatif, waspadalah pada hubungan tersebut.

Saat ini kata-kata ‘cinta’ atau ‘sayang’ semakin tidak berwujud. Seseorang dapat dengan mudah mengatakan apa pun tanpa benar-benar berniat memiliki makna atau merealisasikan makna dari kata terucap. Akibatnya adalah tipu daya atau akal-akalan yang merugikan pihak lainnya. Apalagi marak dengan kata, ‘pembuktian cinta’ ataupun ‘perwujudan sayang’, seseorang, khususnya wanita, mau menyerahkan apa pun. Perwujudan ‘cinta’ dan ‘sayang’ hanya satu yaitu saat kedua insan tersebut bersepakat bersama mewujudkan sebuah visi dalam hubungan mereka, menikah.

Ya, saya sekarang sedang menjalani proses tersebut. Bersama Gladys Viola Sigarlaki, saya sedang berada dalam tahap mencapai visi tersebut. Semakin lama semakin dekat. Semakin hari, terus mendekat. Adakah yang lain juga begitu? ***

http://analisadaily.com/news/read/visi-dan-misi-sebuah-hubungan/9538/2014/02/28

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun