Mohon tunggu...
Hendry Prasetya
Hendry Prasetya Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang mahasiswa iBii (Institut Bisnis dan Informatika Indonesia), berumur 21 tahun dan juga merupakan wartawan freelance di sebuah surat kabar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Papua New Guinea Mirip Indonesia ketika Menghadapi Malaysia?

9 Januari 2012   13:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:07 3475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326132172334289238

Maaf bila judul di atas bernada provokasi. Saya hanya ingin mengungkapkan pendapat dari realita yang terjadi pada kasus Papua Nugini (PNG). Belum lama ini muncul berita-berita heboh di media massa kita, bahwa Papua Nugini yang merupakan saudara jauh di timur perbatasan Indonesia ini melakukan protes KERAS terhadap pemerintah RI terkait insiden "pengawalan" Jet tempur Sukhoi terhadap pesawat Falcon sewaan mereka. Ketika membaca berita-berita tersebut, saya agak tersenyum sinis ketika pemerintah "resmi" PNG mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesia, dan "memerintahkan" Indonesia segera memberikan penjelasan kepada mereka kurang dari 48 jam, apabila tidak dipenuhi, maka PNG akan mengusir dubes RI di PNG dan menarik dubes PNG di Jakarta. Begitu juga dengan rakyat PNG. Mereka merasa negara mereka dilecehkan oleh RI dan mendukung langkah pemerintah untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan RI. Baik pemerintahnya, maupun rakyatnya, sama-sama kebakaran jenggot. Bahkan di media massa PNG, sebutan INDON kembali digunakan sebagai headline mereka menanggapi kekesalan PNG terhadap RI. Tapi apa yang didapat oleh PNG? Ternyata Deplu kita kalem-kalem aja tuh nanggepin nya. Mengapa saya tersenyum? Ya, saya melihat tingkah laku PNG mirip sekali dengan Indonesia bila berhadapan dengan Malaysia. Terkait masalah apapun. Baik itu masalah klaim-mengklaim oleh Malaysia, ataupun masalah-masalah lain yang berhubungan dengan Malaysia. Kita masih ingat bagaimana ketika batik, rendang dan lain-lain diklaim Malaysia? Bagaimana ketika Ambalat hampir menjadi medan pertempuran? Rakyat kita berseru ingin berperang melawan Malaysia dan mereka bahkan sudah ada yang berlatih ilmu bela diri dan mempersiapkan bambu runcing untuk melawan Malaysia. Teman saya bahkan sudah siap untuk dikirim ke Ambalat dan Malaysia untuk berperang. Belum lagi media kita yang membesar-besar kan masalah ini dan memutar terus video provokasi Malaysia baik pagi, siang dan bahkan sebelum tidur. Tapi apa yang dilakukan Malaysia?? Pemerintah mereka kalem-kalem saja, bahkan cenderung tidak peduli. Sekarang kita yang mendapati hal serupa dari PNG, serupa namun kasusnya tak sama, tetapi perlakuan moralnya hampir sama. Ketika mereka meraung-raung ke Deplu dan terus menuduh RI akan menembak jatuh pesawat mereka yang berisi Wakil PM PNG, pemerintah kita bahkan tidak bertindak ketakutan ataupun gentar dengan ancaman PNG. Deplu menjawab seperlunya bak tidak ada masalah serius diantara dua negara dan tetap MENGEDEPANKAN DIPLOMASI. Begitu juga seharusnya yang dilakukan Indonesia terhadap Malaysia. Kita berhak untuk marah, kita juga berhak untuk berperang. Tapi langkah manakah yang lebih elegan di mata dunia? Bagaimana jadi nya bila rakyat kita juga menanggapi reaksi keras pemerintah PNG dengan mengirim pasukan sukarelawan ke PNG? Sebagai bangsa yang besar dan berdaulat, lebih baik mengedepankan terlebih dahulu cara-cara diplomatis dan tidak terprovokasi oleh media-media. Kemudian ada hal yang sedikit menggelitik pikiran saya, ternyata pemerintahan di PNG sendiri sedang mengalami krisis, karena adanya dualisme kepemimpinan di negara tersebut. Saat ini PNG memiliki 2 Perdana Menteri dan keduanya mengantongi surat sah untuk menduduki jabatan PM. Namun tahun 2012 ini, pemerintah wajib mengadakan pemilu untuk menentukan siapa PM yang berkuasa. Mungkin kasus PNG ini digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk meraih simpatik dari rakyat mereka. Namun ini tidak terjadi karena PM yang lainnya justru mendukung pemerintah RI. Masalah semakin rumit. Tapi apakah Indonesia peduli? Tetap tidak! Indonesia tetap kalem saja menghadapi saudara timur jauh itu walaupun ancaman terus dilontarkan! Seharusnya langkah ini lah yang paling elegan untuk menghadapi tetangga "yang berisik" tersebut! Wassalam. Notes:  Silahkan baca komentar di bawah sampai habis, karena ada konfirmasi langsung Warga negara Malaysia yang juga kompasianer. Terima Kasih untuk semua komentar yang masuk. Baik pro maupun kontra. Semoga menambah wawasan dan cara berpikir kita.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun