Mohon tunggu...
Hendry Syafaruddin
Hendry Syafaruddin Mohon Tunggu... Konsultan - sosial budaya

pemerhati sosial dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

APAU PING, BERANDA INDONESIA YANG BERSINAR

12 Mei 2015   08:22 Diperbarui: 3 Agustus 2015   07:42 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembangunan sarana dan prasarana dasar menjadi aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Energi listrik misalnya, telah menjadi bagian pokok untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Saat ini, ketersediaan energi listrik tak bisa dipisahkan dari aktivitas dan pertumbuhan masyarakat dimanapun. Tak terkecuali bagi masyarakat terpencil dan terisolir.

Adalah Apau Ping, sebuah desa yang terletak di beranda paling Utara Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara. Wilayah desa ini dapat dikatakan berbatasan langsung dengan wilayah Serawak Malaysia. Untuk dapat mengakses Desa Apau Ping, rasanya tidak cukup bermodalkan niat dan persiapan perbekalan saja. Namun diperlukan nyali atau keberanian yang kuat. Sebab akan menempuh medan menantang, jalan yang ekstrem siap menyongsong di tengah perjalanan. Tak heran, ini merupakan satu dari enam desa yang berada di Kecamatan Bahau Hulu. Salah satu kecamatan yang dinilai memiliki jalur perjalanan yang cukup ekstrim.

Untuk sampai ke Kecamatan Bahau Hulu dari ibukota kabupaten dapat diakses melalui pesawat udara kapasitas 4 orang yang terbang sekali seminggu. Tak ada jadwal rutin yang tetap dan seringkali penerbangan dibatalkan.

Selain menggunakan pesawat udara, perjalanan ke Bahau Hulu bisa menggunakan long boat bermesin gantung, melalui sungai dari Tanjung Selor ibukota Kabupaten Bulungan, dengan waktu tempuah 2-3 hari, melewati arus sungai yang berliku dengan jeram-jeram ganas menuju Desa Pujungan. Untuk itu kita harus memiliki persiapan yang matang karena harus bermalam di pinggir sungai atau hutan.

 

Dari Desa Pujungan, kita harus menggunakan ‘katinting’atau perahu motor kecil menuju Desa Long Alango yang merupakan pusat Kecamatan Bahau Hulu, dengan waktu tempuh 4 jam perjalanan.

Sesampai di Desa Long Alango, dilanjutkan berjalan kaki ke Desa Long Kemuat. Diteruskan menggunakan katinting dengan jarak tempauh 3 - 4 jam untuk mencapai bibir Desa Apau Ping.

Perjalalan menggunakan katinting mengarungi sungai deras berjeram ganas serta menyempit di hulu. Bukan hal yang mudah, perlu kesabaran dan nyali yang besar. Keselamatan penump;ang ada ditangan motoris. Terlebih jika air sungai sedang surut. Tak jarang penumpang harus turun dan membantu menarik mengangkat katinting jika dalam perjalanan mengalami kendala.

Di Desa Apau Ping bermukim Suku Dayak Kenyah. Suku ini berjumlah 193 jiwa, yang terdiri dari 94 jiwa laki-laki dan 99 perempuan. Dengan kehidupan yang berpegang teguh pada adat, penduduk setempat bertahan hidup dengan mengandalkan alam, berburu dan memancing.

Sementara itu pemerintah terus melakukan pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik di bagian dalam maupun luar atau perbatasan Negara. Upaya pemerintah tersebut diantaranya dilakukan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakar Mandiri Perdesaan (PNPM Perdesaan). Melalui program berbasis masyarakat ini, warga bermusyawarah untuk menentukan dan mengusulkan kegiatan pembangunan sesuai kebutuhan yang mereka diprioritaskan.

Tentu ini merupakan sebuah kesempatan yang tidak akan dilewatkan oleh warga Apau Ping. Mereka antusias menyambut program ini. bagaikan gayung bersambut, diantara berbagai pembangunan yang dilakukan, energi listriklah salah satu usulan primadona warga dalam musyawarah. Maka pada tahun 2012 Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) pun menjadi usulan warga.

Sungguh sebuah memontum yang diimpaikan sejak lama. Harapan besar untuk mengubah kehidupan pun bangkit. Sebongkah asa untuk mengakhiri kegelapan. Membawa keadaan lebih baik lagi.

Kini warga berani membayangkan dalam benaknya sebuah kemudahan hidup layaknya negeri di seberang, rumah dengan lampu menyala, jalanan yang terang, suara nyaring media elektronik, dan tidak lagi bersusah payah mencari minyak tanah yang langka dan mahal untuk menyalakan lampu.

Dalam pelaksanaan usulan kegiatan listrik tersebut, warga bersama pendamping (Fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan) melakukan sejumlah persiapan. Mulai dari identifikasi potensi alam, hingga perencanaan untuk pelaksanaan pendirian pembangkit listrik. Menurut hasil identifikasi bersama, desa memiliki arus cukup deras, lokasinyapun tak jauh dari pemukiman warga.

Maka melalui musyawarah desa, warga sepakat mengusulkan bantuan pembangunan PLTMH. Setelah disurvei dan diverifikasi oleh Tim Verifikasi yang dipilih oleh warga sesuai keahliannya, kondisi air sungai dan lokasinya dinyatakan layak untuk PLTMH.

Untuk pembangunanya itu dibutuhkan biaya yang besar, sementara PNPM Mandiri Perdesaan hanya bisa membiayai sebesar Rp. 350 juta untuk kegiatan pembangunan.

Menghadapi persoalan itu, Fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan berupaya koordinasi dan bekerjasama dengan pemerintah daerah melalui Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben). Ternyata Distamben sangat antusias dan menyetujuinya. Akhirnya disepakati dana PNPM Mandiri Perdesaan dan swadaya warga sebesar Rp. 395 juta digunakan untuk turbin dan membangun rumah turbin. Sementara instalasi jaringan yang membutuhkan biaya besar bersumber dari dana Distamben Malinau. Kegiatan ini menunjukkan bahwa PNPM Mandiri Perdesaan juga dapat bersinergi dengan dinas terkait dalam pembangunan daerah. Meski telah mendapat bantuan dari berbagai pihak, kendala masih menghadang. Mereka harus membawa material , seperti tiang listrik, kabel, mesin turbin dari Kecamatan Bahau Hulu ke Apau Ping dengan berjalan kaki. Berkat semangat gotong-royong yang juga didorong dan dijadikan bagian prinsip PNPM Mandiri Perdesaan telah membawa warga berhasil dalam pembangunan ini.

Disamping partisipasi warga, kunci kesuksesan pun tak dapat dipisahkan dari peran para pendamping. Walau menghadapi medan yang secara geografis sangat sulit dijangkau, mereka tetap bersemangat memfasilitasi warga desa membangun desanya.

Adalah Jefrison (32 tahun) lelaki asal Tanjung Karya Nunukan bertugas sebagai Pendamping Teknik Kecamatan bahau Hulu. Saat mulai bertugas sempat putus asa, disebabkan akses transportasi yang sulit, berbiaya mahal dan berisiko bagi keselamatan jiwanya.

“Di Bahau Hulu ini sangat sulit akses menuju ke desa-desa, baik lewat sungai maupun darat, waktu tempuh bisa 2 sampai 3 hari dan kita harus menginap di pinggir sungai atau di hutan. Itu pun baru sampai ke Kecamatan Bahau hulu.”, jelas Jefrison.

Kondisi geografis yang ekstrem dan berisiko bagi keselamatan jiwanya, nyaris menciutkan nyalinya. Namun setelah mengetahui semangat dan rasa kebersamaan warga desa untuk membangun desanya, akhirnya Jefrison tertantang untuk mewujudkan apa yang didambakan warga Bahau Hulu dalam membangun desanya.

Tadinya saya agak lemes sedikit. Setelah melihat semangat desa-desa di Bahau Hulu saya jadi semangat memfasilitasi. Saya jadi berfikir bagaimana caranya desa-desa ini bisa maju “, tambah Jefrison.

Pembangkit listrik berkapasitas 25 KVA itu akhirnya berhasil dibangun oleh warga secara bahu membahu. Semua rumah warga, kantor desa, sekolah, balai adat dan POS pengamanan perbatasan Indonesia – Malaysia yang berada di Apau Ping diterangi listrik.

Hingga saat ini PLTMH itu berfungsi dan terpelihara dengan baik. Listrik menyala mulai pukul 18.00 – 08.00 setiap harinya. Untuk memelihara dan mengelola PLTMH itu, melalui musyawarah desa dibentuklah tim pemelihara dan disepakati aturan pengelolaannya. Sebelum melaksanakan tugasnya, mereka dilatih oleh fasilitator untuk melakukan kegiatan pemeliharaan.

Setiap rumah dipungut iuran bervariasi. Untuk satu titik lampu dikenakan biaya Rp. 5ribu. jika menggunakan televisi atau peralatan listrik lainnya dikenakan tambahan Rp.10ribu untuk setiap alat yang digunakan.

Dengan masuknya listrik ke rumah warga, sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka. Berbagai aktivitas dapat dilakukan. Bagi anak-anak, mereka bisa belajar di malam hari. Selain itu para ibu juga bisa mengerjakan kerajinan tangan di malam hari untuk memperoleh penghasilan tambahan. Sedangkan untuk kepentingan rumah tangga, warga juga sudah menggunakan alat dapur listrik seperti magigcom dan lain-lain.

Selama masuknya bantuan dari PNPM Mandiri Perdesaan ke Desa Apau Ping ini, masyarakat sangat terbantu, khususnya untuk pembangunan maupun ekonomi rakyat. Dengan adanya listrik salah satu kegiatan PNPM ini, masyarakat dulu pakai lampu templok setelah jadinya PLTMH ini masyarakat sekarang sudah menikmati penerangan di setiap rumah”, Yusuf Apui, Kepala Desa Apau Ping menuturkan.

Adanya listrik ini disambut oleh para ibu rumah tangga dengan suka cita. Salah seorang ibu rumah tangga Suryati menjelaskan, sebelum listrik masuk ke desa, mereka pakai lampu templok dan kesulitan melakukan kegiatan di malam hari. Dengan adanya listrik mereka dapat melakukan berbagai kegiatan di malam hari.

Lampu yang ada di desa kami ini, kami bisa menganyam terutama dari anyaman manik dari bambu , bikin saung seling itam bambu. Ibu ibu sudah bisa bekerja bahkan malam, siangnya kami bisa bekerja di ladang”, jelas Suryati.

Masuknya listrik di Desa Apau Ping menjadikan kehidupan masyarakat semakin bergairah. Warga bisa melakukan kegiatan kerohanian dan kebaktian di gereja dengan suka cita dan khusuk di malam hari.

Tak hanya itu. PNPM Mandiri Perdesaan pun turut membangun lahirnya generasi muda yang cerdas dan bermartabat, melalui penyediaan sarana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan fasilitas pendukungnya. Generasi muda yang kelak mengemban tugas membangun dan memajukan desa mereka.

Sementara itu untuk meningkatkan perekonomian desa, warga bersama PNPM Mandiri Perdeasaan membangun jembatan penghubung antar desa dan tembok penahan tanah sehingga mempercepat akses transportasi dan keamanan perjalanan yang pada gilirannya mampu meningkatkan penghasilan warga.

Kini warga Desa Apau Ping merasa senang. Mereka saling membantu dan hidup rukun dengan tetap menjaga budaya mereka, sehingga kondisi sosial budaya ini menjadikan Desa Apau Ping sebagai salah satu Desa Wisata di Malinau. Kesemuanya itu berkat kepedulian berbagai pihak dan kehadiran PNPM Mandiri Perdesaan yang mampu memberdayakan masyarakat dan mendorong kemandirian desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun