All for one, one for all.
Motto 3 jagoan pada masa renaissance yang bersatu padu mengalahkan lawan-lawannya.
Demikian juga dengan petualangan yang kedua ini. Saya, Bram (bekerja sebagai pendidik
di Papua) dan tentu saja adik kami, Hedi.
Saya dan Bram bermotor dari SKM dipagi yang berembun supaya tidak terlalu siang sampai di base camp Bedawat. Rencana awal sudah gagal lantaran sinyal komunikasi yang tidak ada sehingga informasi kedatangan kami tidak sampai. Jadilah Bram bersama ortu Hedi menjemput Hedi di lokasi kerja “dompeng”. Setelah bertemu, kami segera mempersiapkan perlengkapan untuk perjalanan kami.
Tamu dari Papua ini merupakan surprised khusus karena saya tidak menyangka mendapat respon positif dari Bram untuk join walau hanya berdua.
Bertiga kami menyusuri perjalanan, dengan bekal pengetahuan perjalanan pertama saya sebelumnya, kami berupaya memangkas waktu.
Kejadian menarik di jalan adalah kami menemukan beberapa durian jatuh yang akhirnya kami bawa dan makan di pos 2 (pondok seribu). Sisanya kami bawa untuk dijadikan tempoyak.
Cabe rawit adalah salah satu bumbu makanan mencolok yang kami bawa. Dengan sambal cabe rawit di atas tempurung kelapa, sayur ikan tempoyak dan ikan bakar membuat kami serasa di restoran mewah taman eden.
Kamera DSLR yang dibawa Bram juga terasa special karena bisa mengambil foto-foto terbaik kami. Terutama saat memfoto Enggang yang sedang melintasi puncak Unga.
Suasana Riam Unga