Secara sederhana, kognitif dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk berpikir secara lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran hingga pemecahan masalah. Kognitif adalah tentang bagaimana manusia dalam lingkungannya menggunakan Indra yang dimilikinya untuk melihat, mendengar, sehingga memperoleh suatu informasi dari lingkungan sekitar, yang mana informasi tersebut kemudian diolah melalui hasil pemikirannya sendiri dan akan terus berlanjut seiring dengan penambahan informasi-informasi yang lain nya. Dalam dunia pendidikan, kognitif merupakan aspek yang sangat penting dan harus selalu diperhatikan karena akan membantu peserta didik untuk berinteraksi, bertumbuh, dan berkembang dalam lingkungannya.
Jika berkaca kepada teori perkembangan kognitif Jean Piaget, anak usia sekolah dasar (usia 7-11 tahun) pada umumnya berada pada tahap operasional konkret. Pada masa ini, anak mulai berpikir secara logis perihal peristiwa yang nyata adanya, mengelompokkan benda-benda ke dalam wujud yang berbeda-beda. Kemampuan mengklasifikasikan sesuatu sudah dimiliki, walaupun masih memiliki keterbatasan dalam hal memecahkan masalah yang bersifat abstrak.
Setiap peserta didik akan melewati empat tahapan kognitif, akan tetapi dalam usia dan tingkat yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pola asuh dan lingkungan. Sebagian anak mengalami perkembangan secara lebih cepat, sebagian lain berkembang dengan usia dan tahapan yang seharusnya, bahkan ada pula yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kognitif nya.
Menurut hasil observasi mahasiswa PGSD UPI Kampus daerah Cibiru yang dilakukan di SDN 130 Batununggal Sekelimus dalam satu kelas yang sama, terdapat tahapan kognitif anak yang berbeda-beda. Merupakan hal yang cukup kompleks apabila pendidik menyelesaikan problematika di lingkungan keluarga peserta didik. Maka dari itu, hal yang masih bisa diupayakan adalah dengan memberikan stimulasi atau rangsangan yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif, salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran.
Mahasiswa PGSD Kampus UPI di Cibiru, Anisa Nur Asfiyah, Anisa Rohmah Hasanah, Hendriyan Ihsan Mutakin, dan Reyna Hajar Regita dalam Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik SD yang dibimbinging oleh ibu Triana Lestari S. Psi., M.Pd. sebagai dosen pengampu Mata Kuliah yang dilaksanakan dengan metode PjbL membuat sebuah inovasi baru dalam media pembelajaran puzzle. Jika pada umumnya puzzle dikemas dalam bentuk potongan-potongan gambar yang kemudian dipecah dan dirangkai kembali, maka puzzle yang dibuat memiliki beraneka ragam warna dan bentuk untuk menarik perhatian peserta didik. Inovasi tersebut dilakukan agar peserta didik mampu mendapat dan mengolah informasi dalam rangka belajar memecahkan masalah. Media pembelajaran ini mendapatkan respon positif dari peserta didik bahkan wali kelasnya. "Sangat menarik, dan meningkatkan semangat serta motivasi siswa dalam belajar, selain itu juga bisa cepat memahami suatu materi." Ujar Azzara Aulia Maulvi, S.Pd, sebagai Guru Kelas tiga SDN 130 Batununggal Sekelimus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H