Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga memberikan penghargaan kepada pemenang Youth National Science and Technology Award 2010, Selasa (30/11). Lima pemenang adalah hasil seleksi dari 66 proposal karya yang masuk sebelum disaring menjadi 15 nominator. Apresiasi dan Festival pemuda Berprestasi di Bidang Iptek atau Youth National Science and Technology Award 2010 merupakan program rintisan untuk mencari dan memberdayakan sosok-sosok pemuda inovatif dan kreatif di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Diharapkan program ini dapat menjadi stimulan bagi para pemuda untuk terus berinovasi dan berkarya di bidang iptek karena banyak pemuda Indonesia yang berpotensi di bidang tersebut," ujar Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Alfitra Salamm, setelah memberikan penghargaan kepada para pemenang di Wisma Menpora, Selasa (30/11). Ia juga berharap ke depan program tersebut dapat diperluas dengan menjaring pemuda-pemuda berprestasi di bidang iptek yang berasal dari pelosok-pelosok daerah. Untuk menunjang hal tersebut perguruan-perguruan tinggi di setiap daerah juga harus melakukan pembinaan yang baik di bidang iptek.
Asisten Deputi Pengembangan Iptek dan Imtaq Kemenpora Imam Gunawan menambahkan, pada penyelenggaraannya tahun ini, panitia menerima 66 proposal karya yang masuk dari berbagai provinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat. Peserta terdiri dari pelajar SMA/MA dan mahasiswa dengan rentang usia 16-30 tahun.
"Dari proposal-proposal yang masuk, terpilih 15 nominator yang selanjutnya disaring menjadi lima peraih anugerah Youth National Science and Technology Award," katanya. Lima pemenang yang masing-masing mendapat hadiah uang senilai Rp. 20 juta itu antara lain: Zulfikar Syam Bani Ulhaq, Pratiwi Puspa Hervina dan Tenta Hertian Hendyatama dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Boimin yang merupakan asisten dosen Universitas Brawijaya Malang, Nova Suparmanto (Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta), I Gede Yuhana Dharma Sasmita (Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Yogyakarta) dan Uswah Hanafi, M. Asfar Syarar dan Nurfadilah (SMAN I Bulukumba).
Aula Kementerian Pemuda dan Olahraga sangat bergemuruh saat Dewan Juri mengumumkan nama Uswah Hanafi dan rekannya sebagai salah satu pemenang penghargaan ini. Tim pendukung dari Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia (IKAMI) Sulsel Cab. DKI Jakarta yang hadir untuk memberikan semangat buat pemuda-pemudi Sulsel ini membahana dengan tepuk tangan meriah dan teriakan “EWAKO”. Dukungan semangat buat satu-satunya Pelajar yang memperolehh penghargaan tahun ini.
Kesuksesan pelajar Bulukumba ini sangat luar biasa. Mereka datang ke Jakarta bukan tanpa masalah. Keenam pelajar ini ditambah satu guru pendamping berangkat ke Jakarta dengan modal “nekat”. Mengapa? Mereka berangkat dengan dana sendiri karena bantuan sekolah yang terbatas dan memang harus dimaklumi karena dalam sebulan SMAN 1 Bulukumba dua kali meloloskan siswanya ke lomba tingkat Nasional. Namun, yang sangat disayangkan Bapak Bupati yang baru terpilih yang diharapkan bisa memberikan bantuan moril dan materil sangat jauh dari harapan. Coba bayangkan, mereka berangkat ke Jakarta hanya mendapat dana tiket 6 juta rupiah dari sekolah yang bisa dikatakan hanya bisa mencukupi buat 4 orang anak (1,5 juta Tiket Pesawat PP). Lalu bagaimana dengan dua anak yang lainnya plus 1 pembina? Sungguh sangat minus perhatian, lalu ke mana lagi mereka harus mengadu selain ke pimpinan daerah?
Lalu apa reaksi bupati saat para pelajar ini menghadap memohon bantuan dana. Dengan sedikit desakan akhirnya sang Bupati menyerahkan sebuah amplop yang berisi bantuan Rp 500 ribu. Bisa dikatakan bantuan tersebut hanya cukup untuk naik mobil Bulukumba-Makassar PP tanpa makan. Padahal sehari sebelumnya dia memberikan bonus Rp 1 juta rupiah untuk pemain sepakbola yang mencetak gol pertama di acara pembukaan Turnamen Sepakbola antar Pelajar. Lalu, kenapa anak-anak yang berprestasi di bidang pendidikan di abaikan?
Inilah gambaran pendidikan di daerah, semoga Bapak Bupati bisa mendengar suara-suara anak berprestasi dan di follow up oleh anggota DPR yang merancang peraturan sehingga akan tetap lahir para innovator-innovator muda yang akan menjadi pahlawan perubahan buat negeri ini. Tulisan ini bukan untuk menjelekkan nama baik Bupati Bululumba tapi inilah suara kami yang sejujurnya yang menginginkan adanya pemimpin yang peduli dengan pendidikan dan selalu mendukung siswa untuk berprestasi. Maju Pendidikan Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H