Mohon tunggu...
Hendriyadi Sang Pelukis Langit
Hendriyadi Sang Pelukis Langit Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hendriyadi, "Born to Be Volunteer". Semangat dan tak kenal putus asa itulah yang membuat bisa bertahan sampai saat ini. Alumni Fakultas Ekonomi Trisakti dan aktif di berbagai program kepemudaan di antaranya: Pertukaran Pemuda Indonesia Kanada 2009, Kapal Pemuda Nasantara 2010, Penerima Beasiswa IELSP (Indonesian Language Study Program) di Iowa State University, dan Penerima Beasiswa CIMB Niaga. Aktif di dunia volunteering sebagai gerakan yang di dasari cinta dari hati nurani untuk membantu pendidikan Indonesia. Indonesian Youth for Education (IYE) adalah wadah yang kini di kembangkan untuk pendidikan anak Indonesia yang lebih cerdas dan beretika. Semangat Pemuda Indonesia. Feel free to contact me : pelukislangit@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengembangkan Bisnis Ritel Makanan Berbasis Lingkungan yang Bersinergi dengan Bisnis Lokal

10 Oktober 2010   14:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

null Pesatnya pertumbuhan gerai ritel di Aceh pascatsunami menunjukkan bahwa potensi bisnis ritel di Aceh sangat besar. Namun potensi tersebut belum diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang mengerti dengan bisnis tersebut. (Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Aceh, Amri M Ali) Kedua pernyataan di atas menjadi sebuah masukan yang sedikit menggambarkan bagaimana peluang dan tantangan pengembangan ritel makanan (grocery) di daerah. Secara umum potensi bisnis lokal sangatlah besar dan bisa dikembangkan. Usaha mikro kecil (UMK) berpeluang memunculkan usaha unggulan. Kebanyakan, peluang bisnis yang digarap, makanan dan minuman dalam kemasan yang bercita rasa lokal, mulai snack tradisional, tape, tape ketan, manisan, kacang, sampai kunyit asam. Pemahaman selera lokal serta efisiensi biaya yang disebabkan jarak dan biaya transportasi, merupakan peluang yang belum dimanfaatkan menjadi kekuatan sesungguhnya. Persoalannya, secara bisnis kebanyakan mereka punya kelemahan dalam pengemasan, manajemen, maupun pemasaran. UMK memang membutuhkan perdagangan ritel yang lebih berpihak. Saat ini, keuntungan yang mereka dapatkan sangat kecil, jika dibandingkan para pedagang. Sebagai ilustrasi: udang ukuran kecil. Saat panen harganya tinggal Rp3 ribu per kilogram, walau di pasar dijual seharga Rp30 ribu. Dan jika digoreng, dikemas, serta diberi sambal kemasan dapat dijual Rp65 ribu per 200 gram atau Rp330 ribu per kilogram. Kemampuan untuk berproduksi sangat terbatas, UMK memilih menjual "mentah", seolah-olah tidak memiliki bargaining position. Kalaupun diolah, masih sangat sederhana dan tidak mempunyai standar. Sehingga tidak memberikan nilai tambah yang bersifat visual ataupun rasa, tidak mengherankan posisi UMK menjadi sulit. Belum lagi ancaman dari makanan dan minuman impor, sebagai konsekuensi dari pemberlakuan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). Lagi-lagi persoalan lemahnya daya saing dan tampilan produk menjadi kendala. Sedangkan potensi persaingan dengan makanan dan minuman impor sangat besar. Karena itu, UMK harus didorong untuk membangun usaha yang berbasis komunitas, dan mempunyai partner yang kuat untuk meningkatkan kapasitas ekonominya. Tantangan Bisnis Ritel Makanan Faktor SDM adalah kendala paling dominan untuk menjalankan bisnis yang tergolong rumit ini. Selama ini, pengusaha ritel sebagian besar hanya bisa merekrut tenaga manajemen dan karyawan dengan kemampuan standar. Selain faktor SDM, arus listrik yang tidak lancar juga menjadi faktor pengambat terbesar berkembangnya usaha ritel. Bisnis ritel sangat membutuhkan arus listrik yang stabil karena kita memakai peralatan hitung, dan peralatan lain yang menggunakan listrik. Arus listrik yang tidak stabil jelas menjadi faktor penghambat paling besar dan jika ini terus berlangsung maka akan benar-benar merugikan pengusaha ritel. Selain itu jalur distribusi barang yang sangat panjang, sehingga harga yang ditetapkan pengusaha ritel tinggi menjadi kendala yang harus segera diatasi. Selain masalah infrastruktur dan SDM yang dihadapi, ada beberapa masalah lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ritel di daerah yakni ketakutan toko tradisional terhadap semakin berkembangnya bisnis ritel. Mereka terkadang melihat sebagai ancaman, padahal jika mereka jeli melihat hal ini merupakan sebuah kekuatan untuk saling menguntungkan satu sama lain. Inilah beberapa tantangan yang perlu diperhatikan oleh pebisnis ritel dalam pengembangan usahanya.  Melihat saat ini, tren belanja masyarakat makin meningkat. Seperti dicatat AC Nielsen, keinginan konsumen berbelanja cukup tinggi karena didorong prospek pekerjaan yang naik enam persen dari enam bulan sebelumnya. Sebesar 46 persen konsumen di Indonesia menyatakan saat sekarang adalah waktu yang baik untuk membeli barang yang diinginkan dan dibutuhkan. Beberapa titik point penting yang perlu diluruskan dalam tren pertumbuhan ritel dalam mencapai sinergi dengan bisnis lokal yakni munculnya sejumlah pusat perbelanjaan tidaklah mengancam keberadaan pasar tradisional. Pusat perbelanjaan modern dan pedagang tradisional dinilainya memiliki segmen konsumen yang berbeda, sehingga satu sama lain tidak akan saling mematikan, justru saling melengkapi. Dengan demikian, tak ada alasan untuk tidak memanfaatkan geliat ritel modern yang terus tumbuh tersebut. Tentu saja, banyak pihak telah memahami ini, dan telah mengambil untung dari pertumbuhan tersebut. Simak saja, setidaknya ada 40 ribu item barang di satu hypermarket. Sebanyak 50 persen dari barang pasokannya dari kategori usaha mikro kecil menengah (UMKM). Yang menggembirakan, penguasaan pangsa pasar produk lokal mayoritas di gerai ritel modern. Dan lebih dari 50 persen pemasoknya yang masuk ke ritel modern dari UMKM. Hal itu menunjukkan bahwa UMKM yang menjadi pemasok ritel modern terus tumbuh, dan akan semakin tumbuh. Dengan demikian, peluang bagi UMKM yang ingin memanfaatkan gairah industri ritel ini terus terbuka. Sinergi Ritel Makanan dan Bisnis Lokal Keberadaan ritel dan toko tradisional layaknya dua sisi mata uang yang saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini terlihat dengan Pemanfaatan jaringan gerai ritel memudahkan sebuah produk UMK untuk menembus pasar secara nasional. Tentu saja sebuah merek produk lokal harus lolos seleksi produk yang dilakukan gerai ritel modern. Cara ini risikonya relatif lebih kecil, ketimbang sebuah produk harus memperluas jaringan distribusi sendiri, atau membuat produk baru, dan mengiklankannya secara masif. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa ritel modern pun mampu meningkatkan kapasitas ekonomi lokal, terutama industri makanan dan minuman, untuk menembus pasar nasional. Industri makanan dan minuman yang berkembang mengikuti pola konsumsi ritel kota-kota utama mempunyai tren sama, dan dapat mendorong peluang pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan berbagai aspek positif yang ada pada ritel modern, tak ada salahnya bagi UMK untuk memperbesar dirinya melalui industri ini. Jika langkah ini dilakukan, UMK juga akan didorong lebih cepat memperbaiki diri dalam hal kualitas produk, pengelolaan produk dan keuangan yang efisien, maupun manajemen sumber daya manusia yang efisien pula. Dan, yang perlu dicatat lagi, bisnis ritel, termasuk ritel modern, terbukti tahan dalam menghadapi gempuran krisis ekonomi global yang imbasnya masih bisa dirasakan hingga saat ini. Tahun ini, tingkat pertumbuhannya diprediksi mencapai sekitar 9-15 persen. Kini, sudah saatnya Pemerintah Pusat dan Daerah bersinergi secara cerdas. Kemudian para pelaku UMK maupun usaha menengah atau dengan skala lebih besar mau atau tidak memanfaatkan peluang tumbuhnya ritel modern. Bisnis dan Harmonisasi Lingkungan Perkembangan bisnis ritel yang terus merambah ke pelosok-pelosok perlu memperhatikan beberapa aspek penting seperti pengembangan bisnis berbasis lingkungan. Bisnis tidak hanya diarahkan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya tetapi ada tanggungjawab sosial dan lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengembangkan aspek lingkungan seperti pembungkus makanan yang digunakan ramah lingkungan (dapat di daur ulang) sebagai upaya mendukung pengurangan dampak perubahan lingkungan. Selain itu, para pebisnis dapat mengadakan kegiatan pemberdayaan terhadap masyarakat atau pemuda setempat dengan memberikan pelatihan pengolalaan sampah yang dapat bernilai ekonomis. Memberikan nilai kreativitas berbasis lingkungan dapat menjadi cara untuk memperkuat penerimaan dengan masyarakat terhadap keberadaan ritel makanan. Kerjasama dengan pemerintah setempat untuk menciptakan lapangan kerja bagi pengangguran merupakan salah satu bentuk kepedulian lingkungan sosial. Mengadakan kegiatan-kegiatan pelatihan terhadap UKM atau toko tradisonal untuk memperkuat kerjasama sebagai mitra bisnis. Hal ini merupakan public relation yang sangat bermanfaat dalam jangka panjang karena akan menciptakan hubungan emosional dan menanamkan dalam pemikiran mereka, kehadiran ritel bukan sebagai ancaman tapi sebagai mitra yang menguntungkan satu sama lain. Solusi Permasalahan Peluang untuk meraih pangsa pasar di daerah sangat terbuka oleh karena itu perlu membuat beberapa kebijakan yang dapat mengurangi permasalahan dalam perkembangannya dengan beberapa cara berikut: Untuk mengatasi kendala listrik dan memangkas jalur distribusi, peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan. Pemerintah bisa membuat regulasi atau memfasilitasi pemangkasan jalur distribusi barang yang masuk ke daerah. Melakukan kerjasama dengan asosiasi pengusaha di daerah, asosiasi akan menjadi mitra pemerintah dalam membantu pengusaha ritel untuk meningkatkan kapasitas SDM di daerah. Menjadi wadah tempat berhimpun para pengusaha ritel untuk berbagi informasi. Program pertama, pelaku bisnis ritel dapat melakukan kerjasama dengan asosiasi pengusaha daerahdalam mengembangkan kapasitas SDM peritel di daerah melalui training dan kegiatan lain. Untuk harmonisasi dengan UKM dapat dilakukan pembenahan yang terkait administrasi, legalitas, kemampuan produksi, pengembangan produk, sampai dengan pemanfaatan kredit. Kemudian, perdagangan ritel dapat membantu akses pemasaran dan distribusi, serta promosi. Perdagangan ritel jadi tumpuan harapan, karena selama ini terbukti menjadi penggerak utama ekonomi Indonesia. Dengan kontribusi penggunaan PDRB di atas 60 persen, dan proporsi tenaga kerja sekitar 35 persen, sektor ini terus berkembang bahkan di saat krisis ekonomi sekalipun. Gairah perdagangan ritel menjadi potensi dapat dioptimalkan, untuk meningkatkan kapasitas UMK lokal. Perdagangan ritel yang diprediksikan meningkat antara 9 - 15 persen, menjadi salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bisnis ritel makanan di daerah sangat dibutukan dan mempunyai kesempatan yang besar untuk pengembangan di daerah dengan melakukan sinergitas dengan UKM atau toko tradisional dengan tetap mengedepankan harmonisasi lingkungan sebagai wujud tanggungjawab sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun