Mohon tunggu...
Hendri Teja
Hendri Teja Mohon Tunggu... Novelis - pengarang

Pengarang, pengemar narasi sejarah. Telah menerbitkan sejumlah buku diantaranya: Suara Rakyat, Suara Tuhan (2020), Tan: Gerilya Bawah Tanah (2017), Tan: Sebuah Novel (2016) dan lain-lain. Untuk narasi sejarah bisa salin tempel tautan ini: Youtube: https://www.youtube.com/@hendriteja45

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Pagi Bang Harry

25 April 2016   04:42 Diperbarui: 26 April 2016   20:46 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keserakahan hanya bisa diatasi dengan penegakan hukum dalam suatu sistem, dengan nilai-nilai dalam budaya. Karenanya Bang Harry jika sudah bicara penegakan hukum dan pendidikan akan pecah semangatnya. Tidak boleh penegakan hukum pilih kasih. Pendidikan yang menerapkan peraturan dan nilai-nilai harus dijunjung tinggi. Keduanya harga mati.

Salah satu wujud komitmennya di bidang pendidikan adalah ketika menjabat Ketua Banggar DPR, ia melobby Kementerian Keuangan untuk mengalokasikan dana abadi pendidikan, sekarang dikelola Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).

Omong-omong perihal greedy, salah satu yang berkesan adalah ketika saya mewawancai Bang Harry di Hotel Crown. Ia baru selesai meeting IDI-TPDMA. Kami bertemu di kamarnya, kamar kelas standar – tanpa sofa atau ruang menerima tamu. Jadi kami mengobrol di meja kerja kecil, dengan tiga kursi, tepat di depan ajudannya yang tegak di samping ranjang. Saya tidak tahu aturan protokoler pejabat negara, tetapi sebagai pemimpin lembaga tinggi negara –setara dengan Presiden dan Wapres, bukankah Bang Harry bisa mengambil kamar kelas suite room atau presidential room?

Bang Harry cuma terkekeh. “Rumah saya di seberang (Jl. Widya Chandra), ngapain negara harus bayar kamar mahal-mahal.” Saya tidak mengira ia akan menjawab sesederhana itu. Yang jelas, ketika ambil pamit, ponsel saya tertinggal.  Saya mengirim SMS, menanti  sembari bersholat magrib. Menjelang Isya, SMS saya berbalas. Bang Harry nyengir sembari berkata, “Maaf, saya shalat, jadi gak lihat HP.”

Belakangan saya baru tahu ritual khusus ini. Ia terbiasa berdzikir sehabis shalat magrib. Dan ketika itu, sebisa mungkin Bang Harry ingin berlepas dari titel keduniawiannya. Ketika itu ia ingin bersungguh-sungguh menghambakan diri kepada sang Khalik.

Hari ini usia Bang Harry genap 60 tahun. Saya membayangkan tengah malam tadi, Bang Harry terbangun, mengambil wudhu dan membentangkan sajadah, lalu berdoa: “Seiring bergantinya almanak, anugerahkanlah hamba kekuatan untuk terus memegang kunci ridho-Mu -amanah, keikhlasan dan kesabaran serta bisa mengambil benderang hikmah dari segala kejadian.”

Barangkali penyerahan ini yang membuat Bang Harry selalu energik di sela-sela kesibukannya memastikan keuangan negara telah digunakan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. Ia memelopori agar audit keuangan negara ke depan bukan sekadar di tahap implementasi, tetapi masuk ke ranah perencanaan.

Menjelang shubuh, tetapi bukankah bagi para aktivis hari selalu pagi? Seorang pengabdi tidak pernah melihat terbenamnya matahari. Tugas seorang aktivis adalah bergerak. Darma seorang pengabdi adalah berbuat. Dilema boleh datang tetapi keputusan wajib dijalankan. Biar hakim sejarah yang menilai. Biar para malaikat yang mencatat.

Akhir kata, selamat pagi Bang Harry! Selamat bertambah umur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun