Mohon tunggu...
hendri setiawan
hendri setiawan Mohon Tunggu... Operator - Chemie - Pekerja Biasa di Pabrik

Bergulat dengan bahan kimia di kampus dan pekerjaan sekarang| Game: Mobile Legends, Arena Of Valor, League of Legends Wild Rift| Mengikuti anime tiap season| Musik J-pop & K-pop (bebas) | Hobi: Membaca dan menonton (bisa juga dibilang bukan hobi sih)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sekilas Pemahaman tentang Perang dan Perdamaian

12 Februari 2022   18:58 Diperbarui: 12 Februari 2022   19:00 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan Perang Personel Militer Ukraina (Sumber Gambar internasional.kompas.com)

Pernahkah kamu mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain ? Jika iya, pernahkan kita berpikir mengapa hal itu bisa terjadi ? Saya bertanya-tanya mengapa masih ada berita pembunuhan, penganiayaan, korupsi, dan tindakan tidak rasional lain. Apakah kita tidak pernah belajar selama 2000 tahun ini (?). Mengapa masih ada konflik antar negara ? Apabila tercipta konflik dalam kehidupan antar sesama manusia apakah kita masih bisa mengedepankan dialog.

Sebagai manusia kita memiliki pikiran untuk berdialog dengan sesama. Dialog akan membuat manusia semakin bermartabat. Dialog yang baik juga menandakan masyarakat yang berciri edukatif. Jika kita sadar akan hal ini seharusnya tidak pernah ada lagi penganiayaan ataupun peperangan. Peperangan cukuplah menjadi sejarah dan kita yang sekarang tidak boleh mengikuti arus sejarah, tetapi harus berperan aktif dalam menciptakan sejarah. Kita bukanlah bidak catur yang tidak memiliki pemikiran akan kebenaran dan bergerak menganiaya bidak lain hanya karena berbeda warna atau bukan atas kemauan kita.

Peperangan adalah bentuk dari kolektivisme primordial yang menjadi ancaman bagi kedamaian yang kita nikmati sekarang. Ancaman bagi kelangsungan dan perkembangan hidup manusia. Ia adalah gerakan untuk memperjuangkan kepentingan kelompok dengan cara mengabaikan kepentingan individu dan kelompok lain. Kolektivisme primordial ini, tidak hanya merugikan bagi mereka yang terlibat tapi juga mereka yang tidak terlibat dalam peristiwa itu. Kelompok yang kuat akan menghancurkan kelompok yang lemah.

Dalam buku "Filsafat Perdamaian: Menjadi Bijak Bersama Eric Weil", individu yang tumbuh dalam masyarakat yang diwarnai perang maupun diskriminasi akan mewariskan balas dendam dan lingkaran kekerasan. Menurut Eric Weil, hidup damai bukanlah impian yang utopis melainkan kenyataan yang tetap hidup selagi masih ada manusia yang hidup di dalam sejarah. Menurutnya, kekerasan hanya dilakukan oleh mereka yang lemah, tidak rasional dan tidak mau berusaha untuk memperjuangkan hidup damai bersama.

Mengapa konflik Rusia dan Ukraina masih ada sampai sekarang?

Dengan adanya peperangan sejatinya kita tidak menghargai martabat manusia. Padahal menghargai martabat manusia adalah hukum yang universal. Hal ini merupakan dasar menghasilkan generasi yang hidup bermoral dalam masyarakat. Hidup kita tentu akan bermakna jika kita mampu mengatasi insting serta nafsu yang tidak irasional dan menjadi manusia yang bermakna bagi manusia lain. Mencintai hidup berarti kita juga telah berpartisipasi dalam membangun dunia yang damai dan bermartabat. Hal ini karena setiap orang adalah bagian dari dunia. Dengan dunia yang damai dan bermartabat inilah, setiap dari kita akan menemukan tempat untuk tumbuh, berkembang dan menjadi bijaksana.

Lalu, apakah kita akan menciptakan generasi yang terlarut dalam peperangan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun