Sisi lain PMII
Hari senin tanggal 16 September pada waktu itu jam 06.30 saya sampai di kampus. Saya dikejutkan oleh pemandangan baru, semula taman fakultas tiba – tiba menjadi taman PMII. Saya bangga sama kader-kader PMII Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yang telah mewarnai taman fakultas dengan berbagai karya. Karya yang ada di taman fakultas terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah lukisan, karya photografi, piagam prestasi dan berbagai tulisan yang telah diterbitkan oleh media lokal maupun Nasional. Disisi lain ada tulisan yang sangat besar jelas dan mengganjal “ KITA JUGA BISA BERKARYA SAHABAT ” membuat saya bertanya-tanya dengan tulisan tersebut. Ternyata tulisan tersebut merupakan sebuah jawaban terhadap elemen masyarakat kampus yang hanya memandang sebelah mata terhadap PMII. Salah satunya adalah menganggap bahwasanya PMII hanya bisanya demo dan turun ke jalan. Itu kan mencoreng citra baik organisasi (sambil tertawa.. hehe). Oleh karenanya sahabat- sahabat PMII mencoba menunjukkan kepada seluruh elemen masyarakat kampus Uin Sunan Kalijaga khususnya Fakultas SOSHUM bahwasanya PMII juga bisa berkarya. (begitulah ungkapan sahabat Riyanto yang ditemui di sela-selakesibukannya) Gagasan kreatif seperti ini membuat saya teringat dengan kekuasan rezim media (iswandi dosen komunikasi). Bahwasnya media dapat membentuk opini masyarakat dan media dengan pesat bisa menghegemoni masyarakat. Akan tetapi saat ini saya mencoba memakai logika terbalik dengan asumsi bahwasanya suatu kesadaran, kritik, pesan bahkan jawaban atas kondisi sosial disampaikan dengan karya. Ketika sejenak membaca kota jogja di sepanjang jalan raya banyak karya karya kreatif yang membuat kesadaran seseorang tergugah. Salah satu gambar yang sangat femomenal tentang soe harto (Piye kabare lik, penak jaman ku thoo...? ) gambar tersebut menyampaikan pesan bahwasanya betapa bobroknya kepemerintahan di rezim SBY ini yang katanya ingin memperbaiki kondisi sosial tetapi realitasnya kondisi sosial tidak kian membaik. Bahkan fenomena yang sedang menuai pro dan kontrapun yaitu kedatangan ratu sejagat ke pulau Bali. Dikritik dengan karya yang beisikan gambar seorang kartini.
Ya... begitulah suara negara demokrasi. Sama halnya dengan kampus ini, demokratis dan mahasiswanya bisa berekspresi sebebas mungkin mulai dari advokasi, menulis, melukis dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H