Mohon tunggu...
Hendri Purbo Waseso
Hendri Purbo Waseso Mohon Tunggu... -

kebahagiaan dan kesengsaraan itu temporal......!!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hasrat Intelektual, Musnahkah…!!!

23 Oktober 2012   09:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan di indonesia secara umum masih bersifat mekanis-formalis. Hampir semua proses pendidikan di lembaga-lembaga formal pendidikan selalu didominasi oleh aktivitas mekanistik seperti jadwal rutin sekolah, presensi, tugas rumah dll. Hal ini bukan berarti buruk, akan tetapi berimplikasi pada substansi yang seharusnya diperoleh peserta didik menjadi terbiaskan.

Persoalan ijazah sekolah yang digembor-gemborkan menjadi sesuatu paling utama yang harus diraih oleh peserta didik sangat terlihat janggal ketika apa nilai yang diraih dalam ijazah dengan beberapa sisi pengetahuan baik afektif, kognitif, maupun psikomotorik terdapat perbedaan. Atau istilah singkatnya nilai dalam raport tidak sesuai dengan tingkat pengetahuan yang diraihnya.

Pada tingkat perguruan tinggi, persoalan administrasi, presensi, atau bahkan tugas akhir menjadi sesuatu yang hanya menjadi formalitas bagi mahasiswanya. Menurut saya, factor yang membiaskan subtansi pencari ilmu (mahasiswa-red) salahsatunya adalah system pendidikan yang terlalu menekankan pada procedural yang kadang membuat ribet para mahasiswanya. Keribetan procedural ini akan menghilangkan focus atau tujuan dalam diri mahasiswa bahwa mereka itu sedang mencari ilmu bukan mengikuti alur procedural kampus. Hal ini mudah sekali di temukan di perguruan tinggi-perguruan tinggi yang ada. Akibatnya mahasiswa akan bersikap acuh tak acuh terhadap pengetahuan yang digelutinya sambil berkata “ nanti juga pasti saya bakal lulus”. Seolah-olah sudah ada jaminan lulus ketika mahasiswa bias mengikuti system procedural kampus dengan tertib. Dalam tataran ini bisa dikatakan ada kejadian pembodohan mahasiswa karna system mekanis-formalis tersebut.

Implikasi lain akibat dari system pendidikan mekanis-formalis adalah meredupnya hasrat intelektual dalam diri peserta didik. Hasrat ini selalu di matikan baik oleh dosen dengan doktrin pengetahuannya maupun oleh dirinya sendiri. Padahal peradaban suatu bangsa akan terlihat nyata ketika masyarakatnya selalu mengembangkan hasrat intelektualnya dalam bentuk berbagai karya. Bisa kita lihat bagaimana tokoh-tokoh ilmuwan dunia seperti Sigmund freud, marx, gadamer dll mengawali karyanya dengan pintu hasrat intelektual tersebut.

Sekarang tinggal kita refleksikan bersama, akankah kita terus menerus tidur dengan kebodohan, atau mengikuti alur pendidikan mekanis-formalis yang tidak ada jaminan intelektualnya. Yang pasti bahwa pengetahuan harus kita cari, pengetahuan harus kita kendalikan, dan pengetahuan harus kita aktualisasikan. Semua itu akan menjadi nyata jika hasrat intelektual kita selalu hidup dalam jiwa dan pikiran kita.

Selamat berpikir…!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun