Bagaimanakah kita melihat semua perilaku itu dalam konteks dukung mendukung calon presiden pada Pilpres 2019? Â
Sarlito dengan gamblang mengatakan bahwa orang Indonesia itu banyak yang pusat kendalinya di eksternal. Amat mudah terpengaruh oleh hal-hal eksternal. Dan contoh-contoh dia berikan. Sangat relevan dengan situasi panas penuh hoax pada musim Pilpres-Pileg tahun 2019 ini.
Apalagi setelah kita gabungkan dengan pendapat Muchtar Lubis di mana orang Indonesia itu hipokrit. Artinya, kalau kita mau berani melihat kedua kubu pendukung capres, sebenarnya hipokrit itu ada di kedua kubu tersebut.
Pada tahun 2015, saya menanyai teman-teman saya via online, yaitu via Facebook dan LinkedIn perihal karakter atau watak kita (kita masyarakat Indonesia) yang Anda lihat. Ada banyak jawaban yang saya terima. Lalu saya kelompokkan yang sejenis. Maka ketemulah hal-hal baik dan hal-hal kurang baik berikut ini:
- Asal Bapak Senang
- Bersahabat
- Bersahaja
- Cerdas
- Gampang mencela kalau tak sepaham
- Gotong royong
- Ingin selalu beda
- Konsumtif/Boros
- Koruptif
- Kreatif
- Kurang tanggap mengambil peluang
- Malas/santai (laid back)
- Mentalitas masih untung
- Mentalitas ndoro (ndoro = figur feodal yang bos)
- Mudah dihasut dan diadu domba
- Mudah memaafkan (permissive)
- Nrimo
- Pancasilais
- Ramah tamah/sumeh
- Reaktif/menunggu
- Relijius
- Rendah toleransi
- Senang ngumpul
- Serba instan (dulu sabar sekarang instan; tergesa-gesa)
- Suka makan
- Susah minta maaf
- Tangguh/militan/tahan banting di ekonomi sulit; pejal
- Tawuran
- Tulus dalam berbagi
Dapat kita lihat bahwa sebagian watak atau karakter dalam daftar di atas yang menyebabkan intensitas perseteruan antar kedua pendukung sangat keras. Â
Lantas, bakal seperti apakah wajah bangsa kita setelah Pilpres-Pemilu usai? Apakah "rendah toleransi" dan "susah minta maaf" bakal menonjol dalam perilaku para pendukung 01 dan 02? Semoga itu tidak terjadi.
Semoga yang terjadi adalah hal-hal positif dalam daftar itu, seperti "bersahabat" dan "tulus berbagi." Berbagi maaf semoga banyak terjadi. Semoga kita sebagai bangsa bisa bangkit untuk kemajuan bersama.
Siapa pun Presidennya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H