Behaviorisme dan Konstruktivisme merupakan dua teori pendidikan yang telah lama menjadi perdebatan kuat mengenai mana yang memiliki dampak yang lebih besar pada belajar siswa. Pada satu pihak, teori pendidikan behavioris memegang bobot sebagai model pembelajaran terbimbing tradisional di mana guru memandu pembelajaran.Â
Siswa termotivasi secara ekstrinsik dan guru memberikan stimulus untuk mendorong pembelajaran. Di lain pihak, teori pendidikan konstruktivis muncul pada sebagian besar kurikulum dan instruksional sebagai model pembelajaran saat ini.
Menurut teori behaviorisme, untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang pengajar harus mengkodisikan lingkungan sedemikian rupa agar pelajar atau siswa dapat berperilaku sesuai dengan tujuan tersebut. Guru yang menggunakan perspektif behaviorisme akan memberikan penguatan (reinforcement) kepada para siswa.Â
Dengan memberikan penguatan tertentu diharapkan tujuan pengajaran akan lebih efektif tercapai. Hal ini dipandang sebagai sebuah metode pembelajaran tradisional.
Sementara itu, pengaruh konstruktivisme pada saat ini semakin berkembang, mulai dari metode inkuiri dalam pembelajaran, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran kontekstual. Dengan menggunakan metode inkuiri, siswa diminta oleh guru untuk mengadakan penelitian tentang fenomena tertentu.Â
Siswa diminta untuk merumuskan masalah dan membuat hipotesis, kemudian mengumpulkan data dan pada akhirnya siswa dapat menarik kesimpulan sendiri dari hasil temuannya. Karena itu peran guru di sini hanya sebagai pengarah atau fasilitator.
Selain pembelajaran inkuiri, saat ini dikembangkan pula pembelajaran kooperatif (cooperative leaning). Ada beberapa jenis metode pembelajaran kooperatif, antara lain Student Teams-Achivement Divisions (STAD), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan metode Jigsaw (Sharan, 1999).
Selain itu, akhir-akhir ini mulai berkembang di Indonesia sebuah metode pembelajaran kontekstual atau disebut Contextual Teaching and Leaming (CTL). Pembelajaran CTL merupakan proses pembelajaran yang tujuannya untuk membantu siswa memahami materi pembelajaran secara utuh, dengan cara mengasosiasikan pada konteks kehidupan mereka sehari-hari.Â
Beberapa model pembelajaran ini tercover dalam kurikulum merdeka dan projek profil pelajar Pancasila.
Pertanyaannya: Perspektif mana yang tepat untuk pendidikan dan pembelajaran kita?
Apakah behaviorisme atau konstruktivisme?