Beberapa waktu lalu , kota depok digegerkan oleh berita "Mundurnya Ribuan Relawan Salah Satu Paslon Peserta Pilkada". Hampir semua media kota depok memberitakan dan membuat terkejut banyak orang. Karena keputusan mundur relawan KC (Kalimulya Center) yang memiliki basis massa hingga ribuan ini adalah yang kedua setelah sebelumnya ada tim relawan lainnya yang memiliki jaringan di 63 kelurahan diseluruh depok dengan alasan yang sama yaitu merasa tidak dihargai dan janji janji tidak diperdulikan.
http://wartakota.tribunnews.com/2015/10/26/21-elemen-relawan-dimas-babai-bubar-karena-tak-diakui
Jika bicara masalah jasa , kedua kelompok massa sukarelawan ini sangat besar sekali jasanya dalam membantu mempromosikan program-program yang dijanjikan oleh paslon yang mereka usung. Bahkan acara tablik akbar yang sukses dilakukan secara semarak tanpa sepeser bantuan dari calonpun mereka adakan demi bentuk sumbangsih sebagai relawan. Namun tidak adanya pengakuan sebagai bagian dari relawan , sungguh sangat tidak bijak dan jelas menyakiti hati dan perasaan orang-orang yang terlibat dalam KC.
Â
Never Politicking Your Ally
Hal ini mengingatkan pesan dari seseorang profesor politik disebuah seminar politik yaitu "Never Politicking Your Ally". Menurut beliau , didalam dunia politik tidak mungkin seseorang itu besar sendiri dan digariskan pasti butuh jaringan-jaringan kerja untuk menggolkan tujuan politik yang ingin dicapai. Alm. pak suharto itu diikuti perintahnya bukan karena ketegasannya tapi karena beliau tulus kepada orang-orang yang ada di jaringannya namun juga keras dan tegas terhadap pengkhianatan.
Loyalitas tidak bisa dibeli dengan uang karena nilai mata uang akan tergerus oleh nilai inflasi. Loyalitas hanya bisa dicapai melalui suri tauladan dan empati rahsa antara leader dengan titik titik didalam jaringannya. Anda boleh tidak memberi mereka uang tapi jangan pernah melanggar janji kepada mereka , jangan pernah menipu mereka dan jangan pernah mengorbankan mereka. Cacatan perjalanan politik selamanya akan menjadi sebuah aib yang merangkak membesar dan melekat pada citra anda sampai kapanpun tanpa anda sadari. Leadership adalah masalah ketulusan.
Kejadian tidak dihargainya dan mungkin merasa tertipunya relawan kalimulya center pada pilkada depok ini akan menjadi catatan hitam paslon 1 sampai kapanpun terlebih catatan catatan lainnya yang sejenis sudah akrab terdengar di kalangan aktifis maupun akar rumput di masyarakat depok dan sudah menjadi persepsi publik.
Apalagi relawan kalimulya center statusnya adalah sebagai kelompok kedua yang mengundurkan diri dengan alasan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen kepemimpinan paslon 1 amat sangat buruk. Dan ini akan menjadi pertanyaan dibawah benak banyak orang , jika anda memperlakukan orang orang yang berjuang demi ambisi anda seperti itu bagaimana anda akan memenuhi amanah yang akan anda panggul jika suatu saat jadi pemimpin di kota depok?
Efek ini juga akan merambat ke relawan lainnya , jangan-jangan kami akan diperlakukan sama? sepertinya kami juga diperlakukan sama? pantasa saja kami hanya diberi janji janji surga selama ini? Ketakutan ini akan menjadi simultan attack sehingga sesama relawan akan gontok gontokan sendiri untuk mengamankan posisi mereka agar jika anda menang maka mereka bisa mendapatkan kue yang dijanjikan. Situasi ini akan sangat tidak nyaman dan mengurangi energi yang dibutuhkan untuk bergerak.