Mohon tunggu...
Jendry Kremilo
Jendry Kremilo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prosa Kecil untuk Indonesia

9 Mei 2022   09:10 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:53 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah tentang negeri yang tengah berjuang melepaskan diri dari ketergantungan hidup pada negeri lain. Negeri kaya raya yang penghuninya tidak menyadari bahwa penjajah ekonomi tidak butuh senapan dan seragam militer. 

Tetapi dengan menina-bobokan orang-orang yang malas, menawarkan kemudahan, menyajikan keistimewaan.

Hampir setengah abad menikmati zona nyaman yang mahal. Sumber Daya Alam bukan lagi asset, tetapi komoditas yang dijual mentah dan murah. Lalu kita membelinya lagi dengan harga mahal.

Mari kita buka satu persatu :
1. Di siang hari yang panas kita minum sebotol AQUA, yang 74% sahamnya milik Danone dari PERANCIS.
2. Sebelumnya di pagi hari secangkir Teh SARIWANGI yang 100% saham milik Unilever dari INGGRIS menemani aktivitas kita.
3. Bahkan seorang bayipun sudah mengkonsumsi produk yang bukan lagi milik negerinya, karena Susu SGM kini 82% sahamnya dikuasai Numico BELANDA.
4. Lalu mandi pakai Lux dan gosok gigi dengan Pepsodent, kembali lagi keuntungan milik  Unilever INGGRIS.
5. Bagaimana dengan sarapan pagi kita? Begitu nikmatnya beras impor dari THAILAND.
6. Dan bagi mereka yang suka merokok, boleh hisap rokok produk Sampoerna Grup yang 97% saham milik Philip Morris AMERIKA meski tembakaunya dari lereng pegunungan kita.
7. Tak jauh dari rumah, di jalan raya kita sudah dikepung motor, angkot atau mobil buatan Jepang, China, Eropa.
8. Atau sesampai di kantor, AC buatan Jepang, Korea, China menyejukan aktifitas kita.
9. Belum lagi komputer, hp, PC Tablet, tak ada satupun kita mau memproduksinya, meskipun sebenarnya bisa.
10. Mau bangun rumah, gedung sekolah atau Pos Ronda sekalipun, dengan semen Tiga Roda, Indocement, yang sekarang milik Heidelberg JERMAN yang menguasai 61,07% sahamnya. Begitu juga Semen Gresik, milik Cemex MEXICO, Semen Cibinong milik Holcim SWISS.
10. Dan kini kenyataannya harus impor susu sapi sampai 90%, yang mesti didatangkan dari SELANDIA BARU.
11. Jagung dibeli dari India, Argentina, dan AS.
12. Kedelai impor 70 persen dari AS, Malaysia, Brasil, dan Thailand.
13. Terigu impor 100 persen dari Australia.
14. Belum pula daging sapi impor 60 persen dari Australia.
15. Tak cuma garam yang kita beli 50 persen dari Australia, India, Singapura, tapi juga dari Selandia Baru, dan Jerman.
16. Satu lagi yang membuat kita tak habis fikir. Ikan asin pun tak luput dari impor. Padahal 40 jenis ikan impor itu, ternyata ada di perairan kita
17. Bungkusan plastik, serat fiber atau tenda biru terpal bahan utamanya Polypropylene sebenarnya bisa kita buat seandainya jutaan ton batubara tidak kita jual mentah. Petrokimia berbahan batubara penghasil methanol menjadi biang plastik ember, peralatan dapur hingga slebor sepeda motor kita.

Jadi adakah yang salah dari kebijakan pemerintah Jokowi yang mengambil alih blok Rokan, Saham Freeport, membangun pabrik Nikel, Membatasi ekspor Batubara hingga yang terakhir CPO?

Semua dilakukan dalam rangka menyikapi ironisnya 17 daftar di atas dari ratusan daftar impor lain yang tak sampai hati jika dituliskan semua.

Negara yang ekonominya sudah dikuasai kapitalis butuh Pemimpin yang mencintai negerinya, layaknya mencintai ibu yang melahirkannya. Karena sesungguhnya melawan Kapitalis hanya butuh nyali yang tak pernah takut kehilangan apapun, baik jabatan dan kemewahan.

Berpikir tentang anak cucu menjadi janji masa depan yang sesungguhnya. Sedangkan janji surga biarkan sepenuhnya jadi urusan Tuhan tanpa embel-embel ceramah di mimbar.

8/5/22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun