Mohon tunggu...
Hendrik Sungkung
Hendrik Sungkung Mohon Tunggu... Guru - PENYULUH AGAMA

Datang Sebagai Pemula Pergi Sebagai Legenda

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gunda Gulana

18 Januari 2024   14:56 Diperbarui: 18 Januari 2024   15:01 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak terasa air mata menetes tanpa henti. tak terasa waktu berlalu seperti angin. angin tidak bisa di lihat namun bisa dirasakan. andai waktu bisa ku ulang kembali maka aku kan bahagia. 

tak terasa kini tubuh makin menua tanpa bisa menahan. tak terasa kekuatan dulu yag kuat kini mulai kerasa habis. mungkin kah ada hal yang bisa menahan semua ini karena aku ingin hidup lebih lama lagi.

tak terasa hari-hari yang kita lalui saat ini menyisahkan singkatnya waktu yang tersisa. mungkinkah kita bisa ada sampai besok, lusa, minggu depan, bulan depan bahkan tahun depan......

mungkinkah kekuatan ini masih ada sampai waktunya habis. hatiku terasa risau dan penuh tanya. risau hati membawa ku pada hasil yang tidak pasti. gunda gulana ku menyisahkan sedetik persiapan untuk kehidupan kelak nanti.

Karya : Hendrik Sungkung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun