Bayangkan sebuah kapal perang yang nyaris tak terlihat di radar. Bayangkan kapal itu meluncurkan rudal yang bergerak lima kali kecepatan suara, terlalu cepat untuk dicegat, terlalu cerdas untuk diprediksi. Kapal itu bukan bagian dari fiksi ilmiah. Itu adalah USS Lyndon B. Johnson, bagian dari kelas Zumwalt yang segera menjadi senjata paling mematikan di lautan.
Ketika teknologi rudal hipersonik diintegrasikan ke kapal perusak ini, dunia pertempuran laut berubah selamanya. Rudal konvensional yang selama ini menjadi standar, tiba-tiba tampak kuno. Rudal hipersonik mampu menyerang target dari lebih dari 1.000 mil laut, memberi musuh waktu reaksi yang hampir nihil. Mereka tidak hanya cepat, tetapi juga bisa bermanuver secara tidak terduga, membuat sistem pertahanan rudal yang ada menjadi usang dalam sekejap.
Pikirkan sejenak dampaknya. Sebuah kapal perang seperti USS Lyndon B. Johnson tidak lagi harus mendekati musuh untuk meluncurkan serangan. Dari kejauhan yang aman, kapal ini bisa menghancurkan target dengan presisi tinggi. Ini bukan hanya soal keunggulan teknologi, ini soal dominasi absolut di lautan.
Tapi apakah ini benar-benar kabar baik? Atau justru ini pertanda babak baru dalam perlombaan senjata yang lebih berbahaya? Jika Amerika Serikat berhasil mengembangkan teknologi ini, negara lain pasti akan berlomba-lomba mengejarnya. Rusia dan China sudah mulai mengembangkan sistem rudal hipersonik mereka sendiri. Apakah ini awal dari era peperangan di mana tidak ada tempat yang aman?
Dan bagaimana dengan moralitas di balik teknologi ini? Jika rudal hipersonik membuat serangan lebih cepat, lebih akurat, dan lebih tak terhindarkan, apakah itu berarti lebih sedikit korban? Atau justru ini akan membuat serangan menjadi lebih impulsif, lebih berisiko, dan lebih sulit untuk dicegah melalui diplomasi?
Yang pasti, integrasi rudal hipersonik ke dalam armada Angkatan Laut AS bukan sekadar peningkatan teknologi. Ini adalah pergeseran besar dalam cara perang laut akan terjadi di masa depan. Namun, seperti semua lompatan besar dalam sejarah militer, ini juga membawa pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Apakah kita siap menghadapi konsekuensinya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI