Mohon tunggu...
Hendrik Munthe
Hendrik Munthe Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Sadarlah bahwa dalam ketidaktahuan, terbuka lebar ruang bagi segala kemungkinan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tangan yang Terpaut Hingga Senja

4 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 4 Desember 2024   12:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di pagi kala embun berbisik,
Tanganmu kugenggam, erat dan hangat,
Janji terucap di bawah langit jingga,
Hidup bersama hingga senja menyambut.

Badai dan hujan pernah menerpa,
Namun langkah kita tak pernah goyah,
Jejak kaki yang terukir di pasir,
Takkan luntur oleh ombak yang pasrah.

Saat rambut memutih oleh waktu,
Kulit keriput bercerita tentang rindu,
Namun cinta kita takkan pernah layu,
Berkembang abadi, seperti awal bertemu.

Kala senja menyapa dengan lembut,
Kita duduk di bangku tua yang berdebu,
Tangan tetap terpaut dalam bisu,
Tak perlu kata, cinta kita sudah syahdu.

Hingga malam datang dengan tenang,
Aku dan kamu hanyut dalam pelukan,
Bersama kita melangkah ke alam lain,
Cinta abadi, berakhir dalam keabadian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun