Sam Altman, CEO OpenAI, dan Dario Amodei, CEO Anthropic, adalah dua tokoh utama yang telah mencuri perhatian publik dengan prediksi mereka mengenai pencapaian kecerdasan buatan umum (AGI). Altman, yang dikenal dengan pandangan optimistis tentang masa depan AI, mengungkapkan bahwa AGI akan tercapai pada 2025. Baginya, kemajuan ini bukan hanya masalah penemuan ilmiah, melainkan masalah rekayasa teknis, di mana tantangan utamanya adalah mengoptimalkan dan meningkatkan model-model kecerdasan buatan yang sudah ada. Sementara itu, Amodei memandang pencapaian AGI akan memakan waktu lebih lama, mungkin pada 2026 atau 2027. Amodei lebih berhati-hati dalam proyeksinya dan menekankan bahwa meskipun banyak kemajuan yang tercapai, ada banyak tantangan yang masih perlu diatasi sebelum AGI bisa direalisasikan, seperti kesulitan dalam mengelola data dan meningkatkan skala sistem.
Namun, meskipun ada keyakinan yang kuat dari kedua tokoh ini, tren terbaru menunjukkan bahwa perkembangan AI mungkin tidak secepat yang dibayangkan. Beberapa indikator menunjukkan bahwa kemajuan dalam pengembangan teknologi AI saat ini mulai melambat. Salah satu alasan utama melambatnya perkembangan ini adalah semakin besarnya kompleksitas yang terlibat dalam menciptakan model AI yang lebih canggih. Sebagai contoh, model seperti GPT-4, meskipun sudah sangat canggih dalam tugas-tugas tertentu, masih menghadapi keterbatasan dalam hal pemahaman konteks yang lebih dalam atau kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks. Perbaikan dalam area ini memerlukan pendekatan yang lebih inovatif dan waktu yang lebih lama.
Salah satu tantangan besar lainnya adalah sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan melatih model AI besar. Untuk model-model seperti GPT-4, yang memerlukan pemrosesan data dalam jumlah besar dan penggunaan infrastruktur komputasi yang sangat mahal, biaya pengembangan menjadi semakin tinggi. Pengembangan AI kini sangat bergantung pada akses ke sumber daya komputasi yang besar, yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Meskipun teknologi seperti GPT-4 telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam pengolahan bahasa alami dan sejumlah tugas lainnya, tantangan teknis dalam meningkatkan model ini ke tingkat yang lebih tinggi menjadi semakin rumit.
Selain itu, perdebatan tentang dampak sosial dari AGI semakin berkembang. Jika AGI tercapai dalam waktu dekat, banyak pihak yang khawatir tentang potensi perubahan besar dalam pasar tenaga kerja, distribusi kekayaan, dan ketimpangan sosial. Perkembangan teknologi AI berpotensi menggantikan banyak pekerjaan manusia, terutama di sektor-sektor yang mengandalkan tugas rutin dan dapat diautomasi. Di sisi lain, ada kekhawatiran tentang bagaimana AGI akan digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, yang dapat memanipulasi teknologi ini untuk keuntungan pribadi atau kepentingan politik. Oleh karena itu, penting bagi pengembang dan pembuat kebijakan untuk bekerja sama dalam mengatur pengembangan dan penggunaan AGI, guna memastikan bahwa teknologi ini tidak disalahgunakan.
Lebih jauh lagi, meskipun ada banyak kemajuan dalam hal kapasitas dan kemampuan AI, salah satu masalah utama adalah kesulitan dalam mentransfer kemampuan AI ke dunia nyata. Model-model AI besar seperti GPT-4 telah menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam memahami dan menghasilkan teks, tetapi mereka masih jauh dari kecerdasan manusia yang dapat beradaptasi dan menyelesaikan masalah yang lebih luas dan lebih kompleks. Teknologi ini sering kali masih kesulitan dalam memahami konteks sosial dan emosional, serta dalam mengambil keputusan yang memerlukan pertimbangan moral atau etika. Masalah ini, meskipun tidak menghalangi perkembangan teknologi AI, menambah lapisan kompleksitas dalam pencapaian AGI yang benar-benar fungsional.
Secara keseluruhan, meskipun banyak pihak, termasuk Altman dan Amodei, optimistis bahwa AGI akan tercapai dalam beberapa tahun mendatang, kenyataannya kemajuan dalam pengembangan AI mulai menghadapi kendala yang lebih besar. Teknologi terus berkembang, tetapi tantangan teknis yang semakin kompleks, biaya yang semakin tinggi, serta dampak sosial yang perlu dipertimbangkan, menunjukkan bahwa pencapaian AGI tidak semudah yang dibayangkan sebelumnya. Ada banyak hambatan yang masih perlu diatasi sebelum kecerdasan buatan dapat benar-benar mencapai tingkat yang setara dengan kecerdasan manusia. Oleh karena itu, meskipun optimisme mengenai masa depan AGI tetap ada, perjalanan menuju kecerdasan buatan yang benar-benar canggih dan aman akan tetap menjadi tantangan besar dalam beberapa tahun mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H