Mohon tunggu...
Hendrik Lamenty
Hendrik Lamenty Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang mahasiswa teknik di salah satu universitas swasta di Kota Malang. Lahir di tanah Adonara, Flotim, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Fiksi

25 November 2011   03:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini sebuah ceritera fiksi
Selalu menjadi fiksi penuh lelucon dengan tokoh-tokoh badut yang tak lucu

: pada cita-cita yang berbeda orang-orang itu berkumpul pada panggung yang sama
Benar-benar menjadi lelucon ketika semuanya sama-sama menceriterakan
Sebuah dongeng yang sama, yang berbeda pesannya
Terbalut kain yang terlalu tipis oleh pandangan mata-mata katarak

Mereka sering berpikir sebagai pendongen handal
Dengan atribut bak penjual jamu
Dengan gaya badut mereka memampangkan diri
Seolah (akan) menjadi penghibur
Saputangan yang menyeka air mata yang telah lama menjadi basi

Selalu menjadi tontonan menarik setiap kali pesta rakyat :
Sebuah fragmen badut
Aktor-aktor badut
Pendongeng-pendongeng badut
Leucon yang tak pernah lucu
Karena badut menampilkan kisah perih
Membagikan saputangan kumal yang tak pernah bisa menyeka air mata penonton yang tertipu

Mereka sering begitu
Selalu sama dengan ceritera yang sama
Mungkin mereka telah lupa panggung mereka pernah roboh oleh marahnya penonton
Sial!!
Memang! Karena penonton gerah oleh terik dan rasa haus
Menangis di bawah panggung pentas badut-badut yang tak lucu

Mereka bukan pemalu
Karena mereka sering malu-maluin
Dan berani untuk selalu dipermalukan
Itulah badut-badut yang beriklan hebat : akulah sang penghibur!
Dan inilah penontonnya kini : kami lebih suka menonton konser Rolling Stones.


TAMAT

Sekian kisah fiktifnya
Tak ada kesengajaan untuk kesamaan dalam segala halnya.
Ini hanya sebuah ceritera yang sayang kalau tak diceriterakan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun